Berita Bangka Belitung

Sosok Reza Korban TPPO Asal Bangka Belitung di Myanmar, Ungkap Tiap Hari Dapat Kekerasan Fisik

Reza, seorang pemuda asal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPP) di perbatasan Myanmar.

Penulis: Rizky Irianda Pahlevy | Editor: Novita
IST/Dokumentasi Eddy Iskandar
KORBAN TPPO ASAL BABEL - Wakil Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Eddy Iskandar, berfoto bersama Reza, warga Bangka Belitung yang diduga menjadi korban TPPO di Myanmar, Rabu (5/3/2025). Reza adalah satu dari warga Bangka Belitung diduga jadi korban TPPO di Myanmar yang berhasil dipulangkan ke tanah air. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Sosok Reza, korban TPPO asal Bangka Belitung di Myanmar, ungkap tiap hari dapat kekerasan fisik.

Reza, seorang pemuda asal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPP) di perbatasan Myanmar.

Ia adalah satu dari warga Bangka Belitung yang berhasil dipulangkan ke tanah air.

Dijembatani oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Eddy Iskandar, Bangka Pos Group berhasil menghubungi Reza melalui telepon seluler pada Rabu (5/3/2025).

Ia pun mengungkapkan pengalamannya selama sekitar delapan bulan berada di Myanmar dan perlakuan yang diterimanya setiap hari.

Reza mengaku mendapatkan kekerasan fisik selama bekerja di perbatasan Myanmar yang memang dikuasai oleh kelompok separtis bersenjata.

"Disiksa lah pokoknya, disuruh lari, disetrap kalau gak sesuai kerjaan. Jadi targetnya itu lima nomor, jadi kalau tidak dapat, maka kena hukuman fisik," ungkap Reza, Rabu (5/3/2024).

Reza mengaku sekitar delapan bulan berada di Myanmar. Setiap harinya harus menahan rasa sakit tiada henti.

Terlebih gaji besar yang menjadi tujuannya datang ke Myanmar, hanya sekadar janji manis yang tak kunjung didapatkannya.

"Banyak yang seperti ini, kita semua ada di dalam gedung dua lantai. Kalau gaji tidak dapat lah, cuma nerima Rp 3 jutaan selama di sini. Karena kena potongan dan target yang tidak sesuai. Kalau janjinya Rp 11 juta per bulan, untuk kawan-kawan lain juga sama nasibnya," jelasnya.

Ia menuturkan, awal mula dirinya berada di Myanmar karena tergiur lowongan pekerjaan dari media sosial instagram.

"Berangkat itu ditawar pekerjaan sebagai admin kantor di Thailand. Awalnya dari instagram, lalu diiming-imingi gaji besar. Kalau yang ngajak juga sama saja, ini lagi diproses di kamp militer, jadi nasibnya sama saja," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Eddy Iskandar, berharap korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar dapat segera kembali dengan kondisi sehat.

Terlebih diketahui dari informasi yang dihimpun Bangka Pos Group, sudah ada dua orang yang berhasil kembali ke tanah air.

Diketahui, sebanyak 69 warga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terjebak di daerah yang dikuasai oleh kelompok separtis bersenjata.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved