Sejarah Pulau Belitong

Menelisik Kuburan Jangkang, Jejak Kampung Tua di Belitong yang Ditinggalkan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi Kelekak Jangkang ditumbuhi pohon lebat di tengah tanah lapang yang ditumbuhi kelapa sawit. Inset foto nisan dalam lokasi tersebut.

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Kaki Galih dan Yanto mulai terasa penat setelah hampir lima jam berjalan di lokasi tambang di wilayah Dusun Air Mungkui Desa Buluh Tumbang, Kamis (11/5) sore.

Namun rasa penat itu seketika hilang ketika mendapati sebuah hutan di antara gersangnya areal tambang.

Hutan ini persis seperti yang diinformasikan oleh warga setempat.

Tetap bertahan karena memang bukan hutan sembarangan.

“Di dalam hutan itu ada komplek pemakaman kuno, orang bilangnya kuburan Jangkang, ada sekitar belasan makam tua di dalamnya, lokasinya tidak jauh dari nama tempat yang disebut Kelekak Jangkang,” kata Galih kepada Pos Belitung.

Kedua pemerhati sejarah dan budaya Belitong ini semula hanya berniat mencari batu kinyang.

Namun di tengah jalan mereka bertemu warga yang kemudian menginformasikan tentang kelekak dan pemakaman tua tersebut.

Yang disebut Kelekak kini tinggalah hutan belukar di antara lahan eks tambang.

Jalan menuju situs Kelekak Janggkang. (posbelitung.co/facebook Yant Yanto Haryanto)

Di dalamnya terdapat pohon asam berukuran besar yang diameternya seukuran dua pelukan orang dewasa.

Kurang lebih 400 meter dari Kelekak Jangkang ini terdapat pekuburan Jangkang seperti yang disebutkan sebelumnya.

Menurut Yanto, pola pemakanan di kuboran Jangkan mirip seperti pemakaman para raja di Kute Tanah Desa Cerucuk.

“Kuboran Jangkang ini juga dibentengi pakai tanah setinggi kurang lebih 50 sentimeter, jadi sepintas mirip pola pemakaman di Kute Tana Cerucuk,” kata Yanto kepada Pos Belitung.

Semula Galih dan Yanto tak mengira bahwa kelekak dan pekuburan Jangkang di Aik Mungkui adalah sebuah perkampungan lama.

Namun kemudian mereka teringat pada sebuah tulisan di buku Tambang Timah Belitong Dari Masa ke Masa Jilid I halaman 199.

Makam tua di Kelekak Jangkang dan kutipan tentang keterangan kampung Jangkang di buku Tambang Timah Belitong Dari Masa ke Masa Jilid 1. (posbelitung.co/kolase/facebook Galih Hagil Prawira)

Dalam buku tersebut memang disebutkan nama kampong Jangkang.

Periwayatnya adalah Cornelis De Groot, eksplorer timah angkatan tahun 1851.

De Groot menuliskan kampong Jangkang sebelum nama kampong Badau.

“Menurut beberapa narasumber yang saya temui, lokasi itu dulu memang bekas perkampungan sebelum ada jalan (Badau) yang sekarang ini, setelah ditinggalkan kemudian lokasinya dianggap angker,” kata Yanto.

Lokasi pekuburan tua Jangkang berjarak sekitar 3,5 kilometer dari jalan raya Badau yang melintas di Dusun Air Mungkui.

Belasan makam di dalamnya terdiri dari nisan laki-laki dan perempuan baik dari usia dewasa sampai anak-anak.

Alasan pemindahan kampong Jangkang ini berkaitan dengan sejarah pembangunan jalan di masa Depati KA Muhammad Saleh.

Dalam buku Kerajaan Balok terbitan Dinas Perpustakaan Beltim disebutkan bahwa pemindahan kampung-kampung di dalam hutan terjadi seiring pembukaan jalan besar dan rencana penataan wilayah pemukiman oleh Asisten-Residen Belitung.

Pemindahan kampung-kampung tersebut sempat berlangsung alot karena penolakan warga.

Namun setelah proses cukup panjang, pemindahan tersebut akhirnya terealisasi sehingga membentuk perkampungan-perkampung di tepi jalan seperti yang kita kenal saat ini.

Berita ini hasil wawancara Pos Belitung pada Mei 2018.

Semoga bermanfaat. (posbelitung.co/ Wahyu Kurniawan)

Berita Terkini