Pengamat Ungkap Sosok Inilah Paling Berpeluang Jadi Panglima TNI Bukan KSAD Jenderal Andika Perkasa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Andika Perkasa.

POSBELITUNHG.CO --  Pergantian Panglima TNI pengganti Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kemungkinan akan dilakukan pada tahun depan.

Dari tiga kepala staf TNI pada saat ini, siapa sosok paling berpeluang menjadi panglima tertinggi di militer Indonesia?

Direktur Imprasial sekaligus pengamat militer, Al Araf memberikan penilaiannya terkait siapa yang paling berpeluang menjadi Panglima TNI selanjutnya pengganti Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Diketahui sebelumnya, Rabu (20/5/2020) kemarin, Presiden Joko Widodo melantik Laksamana Yudo Margono sebagai Kepala Staf Angkatan Laut ( KSAL ) dan Marsekal Fadjar Prasetyo sebagai Kepala Staf Angkatan Udara ( KSAU ).

Sementara posisi Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ) masih dipegang oleh Jenderal TNI Andika Perkasa.

Al Araf mengatakan secara normatif, dari ketiganya baik KSAL, KSAU, dan KSAD yang paling berpeluang menjadi Panglima TNI selanjutnya adalah Laksamana Madya Yudo Margono.

Jadwal Rilis Spoiler Manga One Piece 980: Luffy dan Zoro Mengamuk Lalu Kid Diadang Appo

Hal tersebut sesuai dengan aturan rotasi yang telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

"Secara historis, kita bisa lihat Panglima TNI saat ini berasal dari Angkatan Udara, sebelumnya berasal dari Angkatan Darat, Gatot Nurmantyo. Maka berdasarkan rotasi Panglima TNI selanjutnya, Angkatan Laut yang mendapatkan jabatan ini. Itu prediksi menurut UU TNI secara normatif," kata Al Araf dikutip dari siaran langsung program Kompas Petang yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (20/5/2020).

Menurut Al Araf, pola pergantian Panglima TNI sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2004 sudah diterapkan sejak zaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Sesuai amanah UU TNI diteruskan sampai saat ini, sehingga pola itu terus dikembangkan," imbuhnya.

Kemudian Al Araf juga tidak bisa menampik jika pola normatif ini bisa digantikan dengan pemilihan Panglima TNI secara politik.

Direktur Imprasial sekaligus pengamat militer, Al Araf dalam wawancara dengan Kompas TV untuk program Kompas Petang, Rabu (20/5/2020). (KOMPAS TV)

Ia menilai, jabatan ini merupakan satu dari sekian jabatan lainnya yang strategis di tatanan kenegaraan di Indonesia.

Sehingga dalam pemilihannya Presiden akan dipengaruhi banyak faktor atau variabel lainnya.

Laut China Selatan Memanas, Indonesia Rentan Jika Tiongkok Macam-macam, Anggaran Militer Dipangkas

"Salah satunya berapa besar Presiden percaya dengan Panglima TNI yang akan dipilih. Kedua seberapa besar Panglima TNI tidak akan mengunci Presiden. Dan seberapa besar Presiden dapat mengontrol Panglima TNI," kata Al Araf.

Selain ketiga hal di atas, masih ada faktor atau variabel lainnya yang datang dari perpolitikan di dalam lingkar istana atau parlemen.

Halaman
123

Berita Terkini