"Beliau nyatakan menolak 'pahlawannya bukan saya, bukan kalian semua ini, pahlawannya rakyat yang ada di desa-desa, di gunung-gunung yang membantu kita semuanya.
Jadi tanpa rakyat ini kita nggak ada apa-apa," ungkapnya.
Meski begitu, Pemerintah Indonesia tetap menyematkan gelar pahlawan untuk Jenderal Soedirman pada 10 Desember 1964.
Bahkan gelar pahlawan itu juga masih terus dihargai oleh pemerintah kepada keluarga keturunan Jenderal Soedirman mulai dari Presiden Soeharto hingga saat ini.
Ganang bercerita jika Presiden Soeharto sangat menghormati jasa para pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Sepengetahuan saya, janda-janda para pahlawan ketika itu oleh Pak Harto itu diberi ya tidak langsung diberi begitu.
Tapi ada seperti pengusaha begitu ya ini loh negeri ini kalau gak ada suami-suaminya ini, gak ada pejuang ini gak seperti ini maka pengusaha itu diminta untuk menyisihkan keuntungannya ya bantu ini keluarga, itu wise itu," tuturnya.
Sosok Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, sekaligus seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Jenderal Soedirman dikenal sebagai sosok yang dihormati di Indonesia berkat jasanya yang telah menggugurkan para penjajah.
Ia dilantik pada tanggal 18 Desember 1945 dan selama tiga tahun melawan tentara kolonial Belanda.
Bahkan ia berhasil mengalahkan mereka melalui sebuah perjanjian yang disusun olehnya yang dikenal sebagai perjanjian Linggarjati dan Renville.
Soedirman merupakan anak dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem.
Ia lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916.
Sejak kecil, Soedirman diasuh oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo, karena ia memiliki kondisi keuangan yang jauh lebih baik dibandingkan keluarganya.
Soedirman pun diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi dan ia diberi gelar kebangsawanan suku Jawa, menjadi Raden Soedirman.
Soedirman tumbuh besar menjadi seorang siswa rajin dan aktif dalam kegiatan sekolah serta mengikuti organisasi Islam.
Selain itu, ia juga diajarkan etika dan tata krama priyayai serta kesederhanaan sebagai rakyat biasa. (tribunnews.com)