TIPS Memilih Pasangan Hidup Bagi Para Jomblo
Memilih jodoh yang benar dan tepat tidak semudah kita pacaran sehari jadi dan besok putus pun gak jadi masalah .
Seringkali orangtua menasehati kita, namun saat panah asmara sudah menguasai emosi kita, logika ikut terbutakan dan tidak jarang kita merasa yakin bahwa kita tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan seperti yang sudah diwejangkan oleh orangtua atau orang yang lebih berpengalaman. Ketakutan akan kekecewaan dan rasa apatis terhadap cinta, sebenarnya adalah pandangan yang menyesatkan.
Namun sayangnya, doktrin dari teman-teman yang sering putus cinta, orangtua, atau lingkungan sekitar selalu mengarah ke sana. Jadi, banyak-banyaklah mendengar dan belajarlah dari pengalaman, bukan untuk menjadi takut dan apatis, namun untuk memperbaiki pandangan dan cara kita dalam memilih pasangan yang tepat.
8. Beri ruang bagi pasangan dan diri sendiri.
Seringkali, terutama bagi mereka yang obsesif, membatasi ruang gerak pasangan dan diri sendiri. Beri ruang untuk pasangan dan diri sendiri membantu kita untuk mengerjakan hal-hal yang lebih baik dan bermanfaat.
Selain itu, kita harus meluangkan waktu untuk banyak hal, pendidikan untuk yang masih sekolah, kerja untuk yang berkarir, teman-teman dan yang terpenting, orangtua yang telah membesarkan kita.
Meski rasa curiga, cemburu, atau rasa cemas adalah hal yang wajar dan kita perlu mengingatkan pasangan kita, saat mereka melakukan hal dibatas kewajaran, namun jika rasa cemas, cemburu dan khawatir membuat kita menjadi tidak dapat mengerjakan hal bermanfaat lainnya, maka hubungan tersebut hanya tinggal menunggu waktu.
Ruang gerak diperlukan untuk mengetahui dan memperjelas mengenai perasaan kita dan pasangan kita. Jika ternyata memang pasangan kita beralih dan memilih yang lain, berarti dia tidak benar-benar mencintai kita.
Atau bisa jadi di masa-masa penjajakan tersebut, malah kita yang berpaling dan menemukan orang yang lebih baik.
9. Rumput tetangga selalu lebih hijau.
Bagi kalian, terutama yang selalu membanding-bandingkan pasangan kalian dengan mantan atau lawan jenis lainnya. Sadar lah, buka mata kalian, kalian bukan manusia sempurna, kalian juga adalah manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan dan dosa.
Kebiasaan membanding-bandingkan adalah penyakit kejiwaan yang membuat kita selalu merasa tidak puas dan melihat “rumput tetangga” yang menurut kita lebih hijau, walau tidak jarang pada akhirnya kita menyesal dan kehilangan orang yang sebenarnya lebih baik dan tepat.
Memilih boleh saja, selama ada pilihan, namun ingat, siap-siap untuk dicubit, jika kalian ingin mencubit. Karma itu ada. Jadi, jangan menyakiti pasangan kalian jika tidak ingin disakiti. Rumput tetangga boleh lebih hijau, tapi belum tentu lebih baik.
10. Bisakah kalian saling berpartisipasi dalam kehidupan pasangan kalian?
Banyak pasangan suami istri menikah dan kemudian pernikahan mereka terasa hambar, karena tidak jarang mereka berjalan masing-masing.
Misalnya saja jika suami istri tersebut beda kegemaran dan selera dan tidak menyukai kegemaran dan selera pasangannya. Mereka tidak dapat saling mengisi dan berpartisipasi dalam kehidupan pasangannya. Kebanyakan pasangan suami istri, melakukan peran mereka secara umum saja, namun kurang memperhatikan pasangannya, ini lah yang kemudian dapat menjadi pemicu rasa tidak nyaman dan memudarkan perasaan cinta, bahkan komitmen pernikahan.