Ini Hasil Survei Terbaru LSI Denny JA Tentang Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbarunya soal putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
POSBELITUNG.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbarunya soal putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dalam survei LSI Denny JA tersebut, pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, diprediksi unggul dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, menyampaikan, dari 440 responden yang disurvei pada periode 27 Februari sampai 3 Maret 2017, sebanyak 49,7 persen responden memilih Anies-Sandiaga.
Mereka diajukan pertanyaan mengenai siapa pasangan calon yang akan dipilih. Sementara itu, sebanyak 40,5 persen responden memilih Ahok-Djarot.
"Yang menjawab rahasia atau belum memutuskan, tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 9,8 persen," kata Adjie, di kantor LSI Denny JA di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (7/3/2017).
Adjie mengatakan, meski Anies-Sandi unggul, selisih elektabilitas pasangan nomor pemilihan tiga itu hanya berjarak kurang lebih 9 persen dari Ahok-Djarot.
Jika data elektabilitas itu dirinci ke dalam segmen pemilih penting, pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi saling mengalahkan di sejumlah segmen.
Ia mencontohkan segmen pemilih Muslim. Menurut dia, dalam segmen ini, Anies-Sandi unggul dengan dukungan sebanyak 55,04 persen.
Sementara itu, Ahok-Djarot memperoleh dukungan 36,02 persen. Namun, dalam segmen pemilih non-Muslim, Ahok-Djarot unggul mutlak dengan 86,58 persen, sedangkan Anies-Sandi 3,65 persen.
"Di pemilih yang dikategorikan berdasarkan tingkat ekonomi, pasangan Anies-Sandi relatif kuat di pemilih menengah bawah atau yang pendapatan rumah tangganya di bawah Rp 3,5 juta per bulan," kata dia.
"Sementara itu, pasangan Ahok-Djarot unggul di tingkat pemilih ekonomi menengah-mapan, atau yang pendapatan rumah tangganya di atas Rp 3,5 juta per bulan," ujar Adjie.
Di segmen pendidikan, lanjut Adjie, hasil survei hampir paralel dengan di segmen ekonomi. Mereka yang berpendidikan rendah atau tamat SLTA atau di bawahnya, umumnya mendukung Anies-Sandi dibandingkan Ahok-Djarot.
Anies-Sandi unggul 54,1 persen untuk pemilih lulusan SD atau di bawahnya, sementara Ahok-Djarot 34,2 persen.
Untuk yang tamat SLTP atau sederajat, Anies Sandi memperoleh 62,1 persen, sedangkan Ahok-Djarot 32,8 persen.
Sementara itu, pemilih yang tamat SLTA, Anies-Sandi unggul lagi dengan 47,2 persen dan Ahok-Djarot dengan 42,0 persen.
Namun, pasangan Ahok-Djarot unggul di pemilih yang pernah kuliah atau di atasnya dengan 51,0 persen, sedangkan Anies-Sandi 44,0 persen.
"Ahok-Djarot kuat di pemilih berpendidikan tinggi," ujar Adjie.
Untuk segmen suku atau etnis, Anies Sandi unggul dari Ahok-Djarot di suku Betawi dengan 58,5 persen, sedangkan Ahok-Djarot 30,2 persen.
Suku Sunda, Anies-Sandi unggul 54,7 persen dan Ahok-Djarot 39,8 persen. Namun, di segmen pemilih Jawa, Anies-Sandi unggul meski bersaing dengan Ahok-Djarot dengan 47,6 persen melawan 42,6 persen.
"Dan untuk gabungan etnis, ada Tionghoa, Batak, Minang, dan lain-lain, Ahok-Djarot memperoleh dukungan sebesar 64,9 persen, sedangkan pasangan Anies-Sandi 30,1 persen," ujar Adjie.
Adapun survei yang dilakukan pada 27 Februari sampai 3 Maret 2017 terhadap 440 responden di dengan cara tatap muka.
Metode yang digunakan yakni multistage random sampling, dengan margin of error survei ini kurang lebih 4,8 persen. Survei ini dibiayai sendiri.
Survei Median: Tingkat Kepuasan Ahok-Djarot Tinggi, tetapi Tidak Dipilih
Peneliti lembaga Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menemukan sebuah anomali saat melakukan survei bertajuk "Memahami Peta Kompetisi Putaran ke-2 Pilgub DKI" beberapa waktu lalu.
Anomali itu dijelaskan saat Median merilis hasil surveinya di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (6/3/2017) siang.
"Pengalaman kami di banyak pilkada tempat lain, kalau incumbent tingkat kepuasan di atas 50 persen, bahkan sudah menyentuh 60 persen, itu akan mudah terpilih kembali. Ini agak lain, berbeda dengan kondisi di Jakarta," kata Rico di hadapan pewarta.
Dalam survei ini, tingkat elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebesar 39,7 persen. Sedangkan elektabilitas pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 46,3 persen, dengan 14 persen responden lain belum memutuskan pilihan.
Responden dalam survei ini sejumlah 800 warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih. Survei dilakukan pada rentang waktu dari tanggal 21 sampai 27 Februari 2017, dengan margin of error sebesar plus minus 3,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Peneliti menentukan sampel dalam survei ini dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi di seluruh kotamadya di Jakarta dan faktor gender. Sumber pendanaan survei berasal dari dana mandiri pihak Median.
Rico menjelaskan, 53,6 persen responden menganggap pasangan Basuki-Djarot sebagai sosok yang mampu memimpin Jakarta ke depan. Sedangkan yang memilih pasangan Anies-Sandi hanya 32,5 persen.
Selain itu, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Basuki-Djarot juga terbilang tinggi, dengan 56,3 persen responden yang menyatakan puas. Sedangkan 30 persen responden lainnya mengaku tidak puas.
Meski dianggap mampu dan kinerjanya memuaskan, ketika ditanya apa yang tidak disukai dari Basuki-Djarot, 28 persen responden menyebutkan soal tidak bisa menjaga kata-kata. Disusul dengan soal kasus dugaan penodaan agama sebanyak 10,7 persen, arogan sebesar 9,3 persen, dan lainnya.
"Total tone negatif soal Ahok-Djarot masih tinggi, kalau ditotal sekitar 65,7 persen. Sedangkan tone negatif untuk Anies-Sandi hanya 17 persen, dengan faktor belum terbukti kinerjanya yang disampaikan tujuh persen responden," tutur Rico.
Alasan Warga Pilih Anies-Sandi Berdasarkan Survei Median
Hasil survei yang dilakukan Media Survei Nasional (Median) menunjukkan, warga mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, bukan atas dasar kemampuan mereka semata.
Menurut peneliti Median, Rico Marbun, ada faktor lain di luar diri mereka yang disebut sebagai faktor suasana atau eksternal.
"Lebih dari setengah responden survei kami memilih Anies-Sandi karena variabel non-kandidat menurut saya, yaitu isu agama dan isu 'asal bukan Ahok' (sapaan Basuki). Ini bukan isu kompetensi kandidat kan," kata Rico saat merilis survei bertajuk 'Memahami Peta Kompetisi Putaran ke-2 Pilgub DKI' di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (6/3/2017) siang.
Responden dalam survei ini adalah 800 warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih. Survei dilakukan pada rentang waktu dari 21 Februari sampai 27 Februari 2017, dengan margin of error sebesar plus minus 3,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Peneliti menentukan sampel dalam survei ini dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi di seluruh kota madya di Jakarta dan faktor gender.
Survei dilakuan dengan dana dari pihak Median sendiri. Menurut Rico, ada empat alasan besar warga memilih Anies-Sandi.
Pertama, soal politik identitas atau soal kesamaan agama dan berkembangnya isu "asal bukan Ahok" sebanyak 55,9 persen responden.
Kedua, faktor kompetensi menurut 13,3 persen responden. Ketiga, faktor framing personal menurut 8,6 persen responden. Keempat, kinerja mesin partai politik menurut 5,7 persen responden.
Berdasarkan hasil survei tersebut, hal ini berbeda dengan alasan warga Jakarta memilih pasangan Basuki-Djarot.
Rico menyampaikan, alasan paling dominan warga memilih Basuki Djarot adalah sudah teruji kompetensinya menurut 41,2 persen responden.
Sementara itu, 34,5 persen responden lainnya memilih Basuki-Djarot karena framing personal, dan 8,8 persen responden karena kinerja mesin partai politik.
Ahok-Djarot akan bersaing dengan Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Kampanye putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung pada 7 Maret-15 April, sementara pemungutan suara pada 19 April.
(Kompas.com)