Kisah Algojo Eksekusi Puluhan Terpidana, Salah Gantung Orang Hingga Dimarahi Terpidana Mati

Profesi algojo ternyata cuma pekerjaan sambilan. Di Inggris algojo mempunyai pekerjaan tetap lain: ada pemilik pub, buruh tambang dan bahkan penjual..

Net
Ilustrasi algojo 

Kami berempat diantar ke rumah sakit penjara yang akan menjadi tempat menginap kami, lalu kami dibawa "mengintip" terpidana mati yang keesokan harinya akan dieksekusi.

Di sel tempat terpidana, Wade mengintip. Kelihatan ia risau. Lalu giliran saya.
Sel itu sama saja seperti sel tempat kami latihan, tetapi di dalamnya ada terhukum yang oleh masyarakat dijuluki si Binatang karena kejamnya.

Ia sedang main kartu dengan dua penjaganya, yang siang-malam tidak membiarkan ia sendirian. Si Binatang tampak normal saja dan masih muda sekali. Mengapa Wade risau?

Setelah itu Wade mengintip ke lubang yang sebuah lagi. Rasanya lama sekali. Lalu tiba giliran Kirky.

Kami masuk ke kamar eksekusi.
Wade menghitung-hitung panjang jatuh yang harus diberikan kepada kedua terpidana. Wade sebagai "si nomor satu" memeriksa segalanya dengan cermat sebanyak dua kali, sedangkan Kirky cuma mengawasi untuk memberi Harry dan saya kesempatan praktek.

Karena dua eksekusi akan dilakukan berbareng, tali gantungan tidak dipasang di tengah, tetapi dipisahkan oleh jarak 1 m.

Setelah dua kantung pasir dipasang di titik yang kelak akan ditempati oleh terpidana, Wade melakukan pemeriksaan terakhir dan meminta pengawal memanggil kepala penjara.

Kepala penjara datang bersama under-sheriff dan seorang pejabat lain. Mereka mengambil tempat sekeliling pintu jebakan. "Siap, Pak?" tanya Wade.

Kepala penjara mengangguk dan Wade melepaskan ganjal dan alat pengunci pengungkil. Pintu jebakan menganga dan dua kantung pasir merosot ke dalamnya.

"Mulus?" tanya kepala penjara.
"Mulus," jawab Wade.

Kami keluar dan pintu kamar eksekusi dikunci. Kantung pasir dibiarkan tergantung untuk menyempatkan tali mulur. Kemudian Wade minta pengawal meninggalkan kami sebentar di kamar kami.

Ia menjelaskan bahwa si buruh tambang pernah mencoba bunuh diri, sehingga lehernya luka. Setelah sembuh, lehernya teleng. Inilah yang mengkhawatirkan Wade. la takut ada pengaruhnya pada penggantungan.

la mengatur agar orang itu dijemput lebih dulu, kemudian barulah Kirky dan Harry menjemput yang kedua.

Malam itu seperti biasa kami tidur pukul 22.00. Bagi saya waktu lewat lama sekali dan sangat menggelisahkan. Apalagi bagi terpidana.

Pukul 07.30 saya dibangunkan. Kami berdandan dan sarapan, sebelum pergi ke kamar eksekusi. Wade berpesan agar kami jangan berisik, sebab para terpidana ada di sel masing-masing.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved