Desa Ini Dijuluki Kampung Poligami, Begini Asal-usulnya dan Curhatan Warga Wanitanya

Suaminya menikah lagi dengan perempuan tetangganya. Namun, Nur tidak bercerai secara resmi melalui pengadilan agama.

Internet
Desa Poligami 

Menurut Mursidan, kebanyakan pernikahan poligami itu dilakukan secara siri.

Betapa pun, katanya, praktik itu kini sedikit menurun.

Menurut Tohirin, Kepala Desa Kedung Banteng, praktik itu kebanyakan terjadi sekitar tahun 80-an hingga akhir tahun 90-an.

Dan, istri pertama serta kedua tinggal di kawasan yang sama.

"Cuman beda RT saja," kata dia.

Namun, Tohirin mengatakan, pratik poligami sudah tidak dilakukan generasi yang lebih muda karena laki-laki dan perempuan sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

"Kalau sekarang, kebiasaan seperti itu sudah tidak ada lagi, hanya namanya saja yang tetap wayoh," kata dia.

Nama jalan yang tidak berubah itu, dan banyak yang menduga, kawasan ini menyediakan layanan nikah siri.

Beberapa kali Tohirin kedatangan tamu yang bertanya tentang nikah siri itu.

"Karena nama itu, dikira desa kami ini menyediakan layanan nikah siri," tutur dia. (BBC Indonesia)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved