Cerita di Balik Janda Tunanetra yang Doakan Molen Jadi Presiden
Matanya tidak bisa melihat. Berdoa, tiap malam tahajud. Cita-citanya (supaya) ada di sini (mencari jalan keluar). Dia jual jamu tradisional
Penulis: Dedi Qurniawan |
Ia sempat berniat membeli blender untuk membuat minuman dingin dan berjualan Tekwan di sekitar rumahnya.
"Tetapi tidak pernah bisa beli blender. Saya juga mau jual tekwan dulu, tetapi tidak sanggup lagi, mata ini tidak kelihatan lagi. Jadi sejak saat itu saya terus berdoa, minta kami diberi jalan keluar," katanya.
Samik berharap usaha jamunya bisa dibantu. Sebab, usahanya itu sering kurang modal. Sebelumnya kendala kurang modal ini bisa ia akali dengan encari tambahan lewat jasa memijit.
"Kalau sekarang ngurut ini terbatas, paling hanya satu orang, dan untuk makan sehari-hari. Saya berharap bisa dibantu modalnya, tidak mungkin saya berutang, dari mana saya bayarnya," ucap Samik
Sejumlah warga datang pada hari perdana program Jumat Bahagia pagi tadi. Mereka ada yang mengadukan ingin meminjam mobil dinas Pemkot untuk pindahan rumah, mengeluhkan kesusahan air bersih di lingkungan tempat tinggal, hingga meminta Molen menemui warga yang menolak pengaspalan jalan.
Semua keluhan dan permintaan itu dicatat untuk ditindaklanjuti oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. "Di lingkungan kami itu ada 19 kepala keluarga yang mengontrak.
Tentunya nanti (sering) perlu mobil untuk pindah-pindah, karena itu saya minta izin bisa pinjem mobil kalau mau pindah," kata Ahmad, warga Bukit Merapin. (BANGKAPOS.COM /Dedy Qurniawan)