Deretan Cerita Naik Haji, Ada yang Nabung Rp 5 Ribu Setiap Hari hingga Kerja Dibayar Seadanya

Deretan kisah inspiratif warga yang bisa berangkat naik haji. Semgoa bisa memotivasi rekan-rekan semua untuk terus bersemangat dan berdoa

Penulis: Edy Yusmanto CC |
Suara.com
ILustrasi berangkat naik haji 

POSBELITUNG.CO - Menunaikan ibadah haji adalah rukun Islam kelima.

Namun rukun ini dikerjakan jika mampu dan tentunya soal rejeki semua sudha diatur sama Allah SWT.

Tak ada umat Islam yang tak mau menunaikan ibadah haji.

Bahkan ibadah haji kecil pun (umrah) menjadi impian banyak orang.

Memang tak semua orang bisa memiliki kesempatan untuk menginjakkan kaki ke sana. 

Akan tetapi, Allah SWT sudah menggariskan takdir kehidupan umatNYA.

Bangkapos.com merangkum sejumlah informasi mengenai kisah inspiratif jemaah haji yang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk bisa sampai ke tanah suci.

Hubungan Gaya Bule Jadi Pertanyaan Hotman Paris ke Wijaya Saputra Saat Berpacaran, Begini Reaksinya

Semoga kisah-kisah ini bisa memberikan efek positif untuk semuanya dan terpacu hingga bisa sampai ke tanah suci.

Ini kisah mereka :

1.  19 Tahun Menabung

Banyak cara Allah SWT bukakan agar hambaNYA bisa sampai ke tanah suci.

Kisah Nenek Emis (79) mungkin bisa menjadi satu contoh hebatnya doa orangtua untuk kesuksesan anak.

Akhirnya, mimpi Nenek Emis menginjakkan kaki ke tanah suci terwujud.

Semua itu, berkat ketekunan dan bakti anak-anaknya.

Disebut Jago Pacari Cewek Cantik, Hotman Paris Minta Wijin Bongkar Rahasianya hingga Gaet Gisella

Dia adalah Iwan Saefulrahman (50).

Iwan merupakan penjual nasi goreng. 

Berjualan sejak tahun 2000, Iwan mengaku menyisihkan hasil jualannya selama 19 tahun.

Uang yang terkumpul sebenarnya sudah bisa digunakan untuk membeli kendaraan seperti mobil.

Namun, karena tidak bisa menyetir Iwan mengurungkan niat tersebut. 

Pakai Legging Cokelat, Pose Gisella Anastasia Olahraga Banjir Pujian hingga Ada yang Sebut Bahenol

Karena sudah lama punya niat ingin berangkatkan orangtua naik haji, Iwan memutuskan untuk mewujudkannya.

"Saat itu uangnya cukup untuk satu orang, mau beli mobil saya tak bisa nyetir, uangnya saya pakai untuk ibu pergi berhaji," kata Iwan.

Alhamdulilah, kerjakeras Iwan berbuat manis. I abisa memberangkat ibundanya ke tanah suci. 

"Cerita saya menabung dari sisa risiko dehapur, dari tahun 2000 menabung, 19 tahun menabung, uangnya saat itu cukup untuk satu orang pergi haji," cerita Iwan.

Tak cuma melunasi biaya haji ibu, Iwan pun bergegas mendaftarkan diri untuk turut berangkat ke tanah suci bersama istri tercinta. 

"Saya juga mau daftar pergi berhaji," sebutnya.

Sementara itu, Nenek Emis mengaku selalu berdoa untuk yang terbaik kepada anak-anaknya. 

Emis mengatakan, ia tak henti berdoa siang malam agar anaknya diberikan rezeki dan digampangkan usahanya.

"Saya terus berdoa semoga rezeki saya bisa berangkat ke tanah suci," kata Emis.

Keinginan untuk melakukan ibadah ke tanah suci sudah lama diimpikan.

"Bingah teu aya papadana tos lami hoyong ziarah ke tanah suci (Bahagia tiada terkira sudah lama saya ingin ziarah ke tanah suci)," ujar Emis membuka pembicaraannya saat ditemui di rumahnya di Kampung Hegarmanah, Desa Hegarmanah, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Selasa (9/7/2019).

2. Tukang Urut

Bekerja sepenuh hati dan ikhlas menjadi prinsip Nek Ami (85) dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai tukang urut. 

Ia mengaku ikhlas membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya.

Ia pun tak mematok harga dari jasa yang diberikannya.

Sisa dari kebutuhan yang telah dipenuhi akan ditabung Nek Ami melalui anaknya.

Wajar jika kemudian Nek Ami diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menunaikan rukun islam kelima.

Warga Desa Puding Besar Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka Ini akan berangkat pada tahun 2019.

Nama Nek Ami sudah didaftarkan anaknya sejak tahun 2014 lalu. 

"Saya juga tidak menyangka bisa berangkat ke tanah suci, tapi mudah-mudahan selamat sampai tujuan dan kembali lagi dengan selamat juga," kata Nek Ami.

"Saya juga tidak tau, anak saya yang punya inisiatif mendaftarkan saya untuk ibadah haji, sayapun bersyukur akhirnya akan berangkat," sambung Nek Ami.

Soal aktivitasnya, Nek Ami tidak mematok harga. 

Ia pun menerima apa saja yang diberikan orang. 

"Dikasih orang saya ambil, tidakpun tidak apa-apa, saya tidak mematok harga, saya menjalankan pekerjaan ini ikhlas dan ridho, hasilnya saya tabung, sebagian untuk keperluan sehari-hari," cerita Nek Ami. 

3. Nabung Rp 5 Ribu Setiap Hari

Kisah suami istri penjual rujak ini mungkin bisa menjadi inspirasi banyak umat Islam.

Mereka adalah Sahyun (75) dan Kaiah (71) asal Kelurahan Selong Kecamatan Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.

Melansir Kompas.com pasutri ini merasa bersyukur dan berbahagia karena tahun ini mereka akan berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah dari hasil berjualan rujak.

Ditemui di rumahnya yang sederhana di kota Selong, Sahyun menyebutkan, dirinya tak menduga akan dipanggil namanya bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.

“Saya tak menyangka kalau saya akan dipanggil namanya untuk pergi haji.

Ini seperti mimpi, mungkin karena memang sudah takdir saya juga,” ungkap Sahyun.

Selama tujuh tahun sudah Sahyun berjualan rujak buah.

Dia selalu berusaha untuk menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari, dan berharap suatu saat nanti, tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.

“Dari hasil jualan itu, saya selalu meniatkan untuk menabung sebagai biaya untuk naik haji walau sedikit per hari saya tabung 5 ribu rupiah," tutur Sahyun sambil mengusap air mata bahagia.

Perjalanan sebagai penjual rujak memang tidak selalu mulus dialami oleh Sahyun.

Suatu ketika, rujak Sahyun pernah difitnah mempunyai jampi-jampi pelaris.

Karena saking larisnya, anak-anak menangis minta untuk dibelikan rujak Pak Sahyun.

“Duka yang saya paling ingat itu, pernah dibilang saya pakai jampi-jampi karena laris.

Anak-anak kalau melihat rombong rujak saya menangis minta untuk dibelikan,” tutur Sahyun sambil minum kopi di rumahnya.

Sementara itu, Kaidah, istrinya yang setia menemani hidup Sahyun selama ini, setiap hari bertugas membuat bumbu rujak dan pergi ke pasar membeli buah.

“Kalau saya tugasnya membuat bumbu rujak, ngulek-ngulek sambal, dan pergi ke pasar membeli buah, seperti jambu, bengkoang, mangga, pepaya, dan buah yang lain," kata Kaidah yang berada di samping suaminya.

Sebelum berjualan rujak, bapak empat anak ini pernah menggeluti bermacam-macam pekerjaan, dari buruh, berjualan es, berjualan bakso, tetapi hal itu dirasanya bukan jalan terbaik untuk mengais rezeki.

Hingga 2012, ia beralih menjadi tukang rujak sampai saat ini.

“Sebelum berdagang rujak, pekerjaan saya serabutan, dari tukang gergaji kayu, nyangkul di sawah orang, berjualan bakso sampai es, udah saya kerjakan, tapi itu tidak lancar sehingga saya merasa nyaman berjualan rujak sampai sekarang,” tutur Sahyun. (Bangkapos.com/Tribunnews.com/Kompas.com)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved