Berita Belitung

Di Tengah Pandemi Corona Kakek Aan Tetap Semangat Mencari Nafkah, Pernah Sehari Tak Ada Pemasukan

Di tengah pandemi virus corona ini Aan, tukang sol tetap semangat mencari nafkah demi menafkahi keluarganya.

Posbelitung.co/Suharli
Tukang sol sepatu, Aan (71) di dekat Pasar Lipat Kajang Manggar. Rabu (22/4/2020) 

POSBELITUNG.CO,BELITUNG-- Di tengah pandemi virus corona ini Aan, tukang sol tetap semangat mencari nafkah demi menafkahi keluarganya.

Di sudut Pasar Lipat Kajang Kecamatan Manggar, tepatnya dijalan Sudirman, di bawah pohon beringin besar, sebelah Warkop Atet dengan duduk di bangka kayu, Aan terlihat tekun menjahit sol sepatu langganannya.

Usianya 71 tahun hanya sebuah angka, boleh menua tetapi semangat mencari nafkah tetap membara.

Kulitnya keriput, tak membuat dirinya pasrah dengan keadaan, meski kini harus mengenakan kacamata saat menjahit sol sepatu konsumennya.

Jemarinya tampak cekatan saat menjahit sepatu milik pemakai jasanya.

Sudah puluhan tahun kakek yang berdomisili di Kecamatan Damar itu setia menjadi tukang sol sepatu.

Ilmu menjahit sepatu didapatnya secara otodidak.

Pengalaman sepatu robek saat berdagang pakaian di Bengkulu, menjadi awal mula dia tahu cara memperbaiki sepatu.

Aan mengaku beberapa kali jarinya harus tersusuk jarum saat belajar menjahit, namun tekatnya harus pandai menjahit sendiri, karena tidak ada yang mengajari.

"Sudah hampir 32 tahun (jadi tukang sol sepatu). Tahun 1981 saya tiba di Belitung, awalnya jual kaset, baju, pakaian anak-anak. 1988 saya mulai buka jahit sepatu," katanya kepada Posbelitung, Rabu (22/4/2020) lalu.

Pria asli Bukit Tinggi, Sumatra Barat itu membuka lapaknya jasa sol sepatu biasanya mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00, perhari dia mampu melayani belasan pasang sepatu konsumennya.

Pandemi covid-19 juga berdampak pada dirinya, 32 tahun membuka lapak, ada satu hari di bulan April ini tak satu orang pun mengunakan jasa sol sepatunya.

"Semenjak saya bekerja baru sekali dalam bulan ini, itu kosong sama sekali untuk beli kopi segelas tidak dapat. Tapi tidak apa apa, suka duka usaha," ucapnya.

Sepasang sepatu ditarifnya Rp 20.000 sedang sandal Rp 15.000. Bulan belakangan ini hanya hitungan jari sepatu yang diperbaiki setiap hari.

"Sepi kalau sekarang jam 12 sudah pulang ke Damar," ucapnya.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved