Kisah Inspiratif Para Srikandi Belitong
Kisah Sukses Tiga Srikandi Belitong Raih Cumlaude Merengkuh Gelar Doktor di Dalam dan Luar Negeri
Posbelitung.co mengangkat kisah sukses para Srikandi Belitog inipada suatu edisi liputan khusus. Berikut kisah inspiratif mereka.
Di samping itu, kunci sukses dalam menempuh pendidikan yaitu iklim belajar dan lingkungan yang kompetitif. Dalam belajar di perguruan tinggi negeri maupun swasta sama saja, tapi yang berbeda adalah lingkungan belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif dan kompetitif ini yang jarang bisa kita temui di kampus-kampus swasta.
"Tapi pada dasarnya, kalau kitanya sendiri berkualitas, ditempatkan di manapun tetap berkualitas, dengan catatan, secara mental harus kuat. Standar kecerdasan umum, kalau yang pintar itu hanya kalau jago di bidang ilmu eksakta saja, itu harus dicoret. Kalau tidak seperti itu, kita tidak akan maju," jelas Hesty.
Ia juga berpesan ke generasi muda Belitung di mana pun berada, agar jangan sampai lepas keterikatan dengan kampung halaman. Utang budi karena pernah tinggal dan hidup di Belitung, artinya memiliki tanggung jawab terhadap kampung halaman.
Oleh karena itu, dia aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan Belitung, seperti pernah bergabung di IKPB Pusat serta aktif memotivasi generasi muda Belitung di Komunitas Karya Muda Belitung.
"Saya ingin menularkan kepada generasi muda Belitung semangat untuk gemar membaca, menulis dan menuntut ilmu, baik formal maupun nonformal. Anak muda harus terliterasi dengan baik, sehingga tidak mudah oleng di era informasi yang begitu deras ini," ujarnya.
Meski menggeluti bidang keilmuan Teknik Fisika, ternyata Hesty justru memiliki kegemaran di bidang sastra, seni dan sejarah. Bahkan, ia telah menulis dua buku, yang salah satu di antaranya merupakan essay sastra dan puisi, berjudul Harum Hujan Bulan November.
Zakina Ingin Tularkan Ilmu
Punya pendidikan tinggi, ternyata membuat pola kehidupan seseorang berubah. Terutama dari segi pola pikir yang lebih pada sebuah analisa dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini dirasakan Zakina.
Wanita yang menjadi aparat sipil negara (ASN) di Pemkab Belitung ini menyandang gelar doktor setelah memenyelesaikan pendidikan doktor di Universitas Indonesia (UI) jurusan Komunikasi. Ia kini dipercaya sebagai Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah (Setda) Pemkab Belitung.
Wanita berhijab ini merasakan punya beban cukup berat setelah meraih doktor. Lantaran status ini telah disumpah.
Selain itu dituntut lebih pada penelitian, pengabdian masyarakat dan harus memiliki integritas untuk sebuah pembangunan di daerah. "Ya terutama untuk saya, yaitu membangun Belitung. Jadi kalau untuk macam-macam setelah ada gelar ini, sedikit takut. Takut malu dengan pendidikan saya ini. Yang jelas usai mendapat pendidikan ini, saya ingin lebih berahlak," kata Zakina kepada Pos Belitung, Selasa (30/6).

Menurutnya, gelar yang disandang harus menjadi sebuah panutan. Terutama segi pola pikir yang harus memikirkan kemajuan ke depan dibanding kepentingan pribadi atau golongan.
Zakina mengatakan setiap tingkatan pendidikan dirinya selalu mengambil jurusan komunikasi. Mulai dari Strata I di Universitas Islam Bandung (Unisba), Strata II dan III di Universitas Indonesia juga mengambil jurusan komunikasi.
"Saya rasa dengan pendidikan yang saya ambil, sudah pas dengan bidang pekerjaan saya. Ditambah lagi saya juga sebagai juru bicara pemerintah Kabupaten Belitung dan komunikasi lintas sektor, serta menjadi negosiator luar negeri, tentunya saya sangat senang mendapatkan amanah itu karena bisa terlibat langsung dalam membangun daerah," bebernya.
Selain menjalankan tugas sebagai ASN sejak tahun 2005 lalu, Zakina kini punya beban untuk menularkan ilmunya kepada staf di bagiannya. Terutama sesuai standar internasional agar lebih efektif mengingat Belitung adalah daerah pariwisata.