Mengidap Sindrom Putri Tidur, Bocah 2 Tahun Ini Tidur Selama 16 Bulan, Lalu Meningga Dunia

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak.

Editor: Rusmiadi
Telegraph.co.uk
Ilustrasi bayi 

Rau kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis anak di Pamekasan.

"Kata dokter disuruh opname di rumah sakit. Jika dalam 10 hari tidak ada perkembangan, disuruh rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya," kata perempuan asal Dusun Timur Jalan, Desa Tentenan Timur, Kecamatan Larangan ini.

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak.

Mata Rau terus terpejam.

Karena 10 hari tidak ada perkembangan kesehatan, Rau kemudian dirujuk ke rumah sakit swasta di Surabaya. Di sana Rau dirawat selama dua bulan lebih.

Dokter kemudian mendiagnosis ada penyakit baru di tubuh Rau, yatu hidrosefalus dan meningitis TB.

Meksipun sudah dua bulan dirawat di rumah sakit mewah di Surabaya, mata Rau tetap terpejam.

Dokter menyarankan agar Rau dibawa pulang karena proses terapi bisa dilakukan di rumah sakit daerah di Pamekasan.

Tiga kali dalam sepekan Rau menjalani terapi di rumah sakitPamekasan.

Namun, seiring dengan pandemi Covid-19, terapi dihentikan.

Sebagai gantinya, Ratnawati mencoba pengobatan alternatif.

Sebab semua petunjuk obat dari dokter sudah dipenuhi meskipun harganya jutaan rupiah.

Selama pengobatan dihentikan, kondisi tubuh Rau berangsur-angsur membaik.

Susu yang awalnya disuntikkan ke mulutnya, sudah bisa diminum dengan botol.

Bahkan, Rau sudah bisa mengonsumsi bubur.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved