Balas Kebijakan Perancis, Media Garis Keras Iran Tampilkan Presiden Emmanuel Macron Seperti Iblis
Iran membalas kebijakan Perancis terkait karikatur Nabi Muhammad. Media garis keras Iran menampilkan kartun Presiden Perancis seperti iblis.
POSBELITUNG.CO - Protes terhadap Perancis yang dinilai mengizinkan kebencian terhadap Islam di bawah kedok dukungan kebebasan berekspresi berlanjut.
Selain Turki dengan presidennya, Recep Tayyip Erdogan yang gencar mengkritik pemerintah Perancis atas kasus karikatur Nabi Muhammad, Iran juga mengecam dengan salah satu media garis keras yang menampilkan kartun Presiden Perancis seperti iblis.
Menurut laporan TV dalam negeri Iran, Selasa (27/10/2020), pemerintah Iran memanggil diplomat Perancis dan memprotes karikatur yang menunjukkan Nabi Muhammad.
Seorang pejabat Iran di Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada diplomat Perancis bahwa respons Paris setelah kasus pembunuhan Samuel Paty merupakan suatu hal yang "tidak bijaksana".
Baca juga: Sosok Presiden Perancis, Nikahi Janda Nenek 67 Tahun Hingga Menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW
Melansir Associated Press (AP) pemerintah Iran mengatakan bahwa Perancis mengizinkan kebencian terhadap Islam di bawah kedok dukungan kebebasan berekspresi.
Hal itu bermula saat Samuel Paty, seorang guru di Perancis tewas dibunuh dengan brutal oleh seorang remaja muslim asal Chechnya, Rusia setelah mengajar kelas kebebasan berpendapat dan menunjukkan karikatur Nabi Muhammad.
Insiden tragis itu menuai perhatian publik dengan warga Perancis yang turun ke jalan dan menuntut kebebasan berekspresi.
Sementara masyarakat muslim dunia menyesali adanya intoleransi dari pembuat kartun dan menganggap kartun yang menjadikan nabi besar umat Islam sebagai modelnya itu suatu penghinaan atas simbol suci Islam.
Baca juga: Presiden Perancis Berwajah Iblis, Telinga Panjang Menyeramkan, Balasan Karena Menghina Islam
Sebuah asosiasi ulama yang kuat di kota Qom, Iran juga mendesak pemerintah untuk mengutuk Macron.
Koran garis keras Iran Vatan-e Emrooz menggambarkan Macron sebagai iblis dan memanggil presiden Perancis itu dengan sebutan Setan dalam sebuah kartun yang terpampang di halaman depan koran pada Selasa.
Selain Iran, Parlemen Pakistan mengeluarkan resolusi yang mengutuk penerbitan kartun nabi.
Pada hari Selasa, puluhan orang di kota pelabuhan selatan Karachi memprotes penolakan Perancis untuk mengutuk publikasi kartun tersebut.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang Macron dan kemudian membakar patung presiden Perancis itu.
Baca juga: Ari Untung Buang Tas Branded Beharga Ratusan Juta, Geram Presiden Perancis Hina Nabi Muhammad
Baca juga: Seruan Boikot Semua Produk Perancis Muncul, Sudah Menghina Umat Islam di Dunia
Di Arab Saudi, media Saudi Press Agency yang dikelola negara pada Selasa mengeluarkan pernyataan dari Kementerian Luar Negeri yang mengatakan bahwa kerajaan "menolak setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme, dan mencela kartun ofensif nabi."
Ulama Saudi telah mengutuk karikatur itu namun juga mengutip bahwa umat perlu meneladani perilaku Nabi Muhammad yang "penuh kasih, adil dan toleran" dengan sebagian ulama terkemuka lainnya meminta umat Islam untuk tidak bereaksi berlebihan.
Di negara teluk Arab, Qatar juga mengutuk adanya penerbitan kartun Nabi Muhammad dan menyebut hal itu sebagai "peningkatan dramatis retorika populis yang memicu pelecehan agama".
Baca juga: Ribuan Orang di Bangladesh Protes Kartun Nabi Muhammad Dilindungi Kebebasan Berekspresi
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah mengatakan bahwa ujaran yang menghasut memicu seruan berulang kali yang menargetkan hampir 2 miliar Muslim di seluruh dunia melalui pelanggaran yang disengaja terhadap sosok Nabi Muhammad dan telah menyebabkan peningkatan permusuhan terhadap Muslim.
Protes juga telah diadakan baru-baru ini di Irak, Turki, di Jalur Gaza dan di daerah oposisi di barat laut Suriah yang dikendalikan oleh pemberontak yang didukung Turki.
Di Timur Tengah, toko Kuwait telah menarik yogurt Perancis, keju, dan botol air soda dari rak mereka, Universitas Qatar membatalkan pekan budaya Perancis, dan seruan untuk menjauh dari jaringan toko bahan makanan Carrefour milik Perancis yang menjadi tren di media sosial Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Profil Presiden Emmanuel Macron
Sosok Emmanuel Macron dikenal seantero jagad dalam sepekan terakhir ini.
Itu gara-gara Presiden Prancis ini dalam pernyataannya dituduh 'menghina Islam' dan menyudutkan Nabi Muhammad SAW.
Negara-negara Islam di Timur Tengah pun marah besar.
Akibatnya produk makanan-minuman dan jasa dari Prancis kabarnya ditolak di Timur Tengah.
Sebelumnya, Macron dikenal kontroversi termasuk saat menikahi nenek berusia 67 tahun dan telah menjanda.
Lalu siapa sebenarnya Macron ini dan apa kiprahnya selama ini?
Berikut Tribunnews.com, Rabu (28/10/2020) sajikan dari berbagai sumber fakta-fakta mengenai Macron:
Presiden termuda
Pemilik nama lengkap Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron ini lahir di Amiens, Prancis, pada 21 Desember 1977 (usia 42 tahun).
Sebelum terjun ke politik, Macron merupakan mantan bankir investor Prancis.
Pada 26 Agustus 2014 ia dilantik sebagai Menteri Ekonomi, Pembaruan Industri dan Urusan Digital dalam pemerintahan Manuel Valls.
Pada Pemilihan umum Presiden Prancis 2017, ia mengalahkan Marine Le Pen dengan meraup 66,06 persen suara jauh mengungguli Marine Le Pen, yang hanya meraup 34 persen suara.
Kemenanganya menjadikan ia sebagai Presiden Prancis termuda dalam sejarah dengan usia 39 tahun.
Anak profesor
Macron adalah putra dari Jean-Michel Macron, Profesor Neurologi di Universitas Picardy, dan Françoise Macron-Noguès, MD.
Macron bekerja sebagai Inspektur Keuangan dalam Kementerian Ekonomi Prancis antara 2004 dan 2008.
Pada 2007, ia menjabat sebagai deputi rapporteur pada Komisi untuk mempengaruhi pertumbuhan Prancis yang dikepalai oleh Jacques Attali.
Mantan bankir bergaji besar
Sebelum bekerja sebagai bankir investasi di Rothschild & Cie Banque, Macron bekerja sebagai inspektur keuangan kementrian ekonomi Perancis.
Tahun 2008, ia membayar 50.000 euro atau sekitar Rp 730 miliar untuk bisa keluar dari ikatan dinas dengan pemerintah dan bekerja sebagai bankir.
Dalam kampanyenya, Macron berjanji akan membuat Perancis menjadi negeri yang lebih ramah bisnis dan mengurangi pajak perusahaan.
Istrinya 24 tahun lebih tua
Macron berkenalan dengan istrinya di saat dia bersia usia 15 tahun.
Saat itu Brigitte Marie-Claude Trogneux adalah guru bahasa Perancis-nya, telah menikah dan memiliki anak.
.Setelah bercerai dari suami pertamanya dan berstatus janda, Trogneux menikahi Macron.
Mereka menikah di tahun 2007.
Keduanya tidak memiliki anak bersama, tapi Trogneux (67), memiliki tiga anak dan tujuh cucu.
Bicara soal muslim di awal terpilih
Macron seorang yang sangat pluralis dan menghargai perbedaan, termasuk dalam keyakinan.
“Tidak ada agama yang menjadi masalah di Perancis saat ini," ujar Macron saat kampanye bulan Oktober 2016.
"Negara harus netral karena merupakan jantung dari sekularisme. Kita berkewajiban untuk membiarkan semua orang menjalankan agama mereka dengan adil," katanya.
Pro-intervensi di Suriah
Menurut Reuters, Macron ingin meningkatkan anggaran pertahanan hingga dua persen, dari angka 1,8 persen produk domestik bruto (PDB).
Ia juga pernah mengatakan, harus ada intervensi internasional di Suriah, jika ada bukti bahwa Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia.
Politisi pro-Uni Eropa
Marine Le Pen berjanji untuk menarik Perancis dari Uni Eropa seperti Inggris tahun 2016.
Namun, Macron adalah pendukung Uni Eropa.
Ia ingin ada beberapa perubahan, supaya Uni Eropa lebih kuat lagi.
“Sejak 2008 kita gagal membangun Eropa. Sejak 2008 hanya ada generasi terlupakan yang melihat segelintir dari rencana kita terwujud. Tugas kita adalah membangun kembali impian Eropa."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Iran Tampilkan Presiden Perancis seperti Iblis, dan Tribunnews.com dengan judul Presiden Prancis ini dalam pernyataannya dituduh 'menghina Islam' dan menyudutkan Nabi Muhammad SAW
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/presiden-perancis-emmanuel-macron-afp-photo.jpg)