Berita Belitung
Bandara Ini Dibangun di Zaman Penjajahan Jepang, Begini Sejarahnya
Pulau Belitung memiliki bandar udara (bandara) yaitu HAS Hanandjoeddin atau dalam kode penerbangan internasional adalah TJQ.
Penulis: Bryan Bimantoro |
POSBELITUNG.CO , BELITUNG - Pulau Belitung memiliki bandar udara (bandara) yaitu HAS Hanandjoeddin atau dalam kode penerbangan internasional adalah TJQ.
Bandara ini terletak 15 kilometer dari pusat Kota Tanjungpandan, Belitung atau 69 kilometer dari pusat Kota Manggar, Belitung Timur (Beltim).
Namun, apakah kamu sudah mengetahui sejarah dari bandara satu-satunya di Pulau Laskar Pelangi ini?
Posbelitung.co berkesempatan menemui Executive General Manager Bandara HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan, Untung Basuki, Rabu (24/3/2021).
Untung menjelaskan bahwa bandara ini dibangun sekitar Tahun 1940 di zaman penjajahan Jepang.
Dibangunnya bandara ini, kata Untung, bertujuan memudahkan kegiatan operasional Jepang saat menduduki Belitung. Awalnya bandara ini diberi nama Buluh Tumbang.
Berkembang seiring waktu, Untung bilang pada Tahun 1998 bandara ini berganti nama menjadi HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan.
"Nama ini dipilih karena HAS Hanandjoeddin adalah pahlawan asal Belitung yang lahir di Tanjung Tikar, Badau pada 5 Agustus 1910. Jadi untuk penghormatan kepada jasa-jasa beliau maka namanya disematkan ke bandara kita di sini," kata Untung.
Untung juga menjelaskan ternyata HAS dalam nama pahlawan ini ada kepanjangannya. Untung mengatakan HAS adalah singkatan dari Haji Abdullah Sanusi.
Selain itu, ada arti lain pada AS dalam nama tersebut. Untung bercerita dulu pahlawan kebanggan Belitung ini adalah orang yang sangat pintar. Kepintarannya membawa namanya terdengar hingga ke kuping Presiden Ir Soekarno.
"Presiden Soekarno menjuluki AS dalam nama beliau adalah Akademik Senter karena Hanandjoeddin ini adalah orang cerdas," kata Untung.
Bandara HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan saat ini sudah berstatus internasional demi mendukung Belitung yang masuk dalam 10 prioritas tempat wisata di Indonesia.
Bandara yang per 1 Januari 2020 dikelola oleh PT Angkasa Pura II ini memiliki panjang landasan 2500 meter dan lebar 45 meter. Ukuran ini cukup untuk pesawat narrow body seperti Boeing 737-800 dan Airbus 320 yang berkapasitas hingga 180 penumpang.
Sebenarnya kata Untung, rencana Tahun 2018, bahwa pada Tahun 2021 akan dibangun terminal yang mampu menampung lebih banyak penumpang. Hal ini karena pada 2018 jumlah penumpang yang ada di bandara ini lebih satu juta orang.
"Namun karena adanya isu tiket mahal dan Pandemi Virus Corona yang memengaruhi jumlah penumpang maka rencana itu belum bisa dilaksanakan. Sesuai kajian yang ada hingga Tahun 2025 belum bakal dilaksanakan pembangunan lagi," tambah Untung.