Nek Misnawati Biayai Pendidikan Dua Cucunya dari Hasil Ngereman Timah
Dia bernama Misnawati. Nenek itu tinggal di sebuah kontrakan kecil di Desa Lenggang, Gantung, Kabupaten Belitung Timur (Beltim).
Penulis: Bryan Bimantoro |
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Dari kejauhan terlihat seorang perempuan renta dengan pundak yang sudah bungkuk berjalan mendekati sebuah pondok.
Jalannya pelan namun terlihat semangat untuk mengais rejeki hari ini.
Rejekinya memang sebenar-benarnya kaisan, karena dia bekerja mengais tanah-tanah sakkan yang dibuang dari para penambang dan diolahnya kembali untuk mendapatkan sisa-sisa pasir timah.
Dia bernama Misnawati. Nenek itu tinggal di sebuah kontrakan kecil di Desa Lenggang, Gantung, Kabupaten Belitung Timur (Beltim).
Di kontrakan itu dia tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal. Walau begitu, dia punya beban berat yakni harus membiayai pendidikan dua cucunya di pesantren di Manggar dan di Pulau Jawa.
Selain mengais timah, dia juga ngereman alias menjual sesuatu untuk para penambang bekerja, seperti kopi, makanan, dan keperluan lainnya.
Namun para penambang ini membayarnya bukan memakai uang, melainkan dibarter dengan satu gelas air mineral yang isinya pasir timah. Timah itulah yang nantinya mereka jual dan hasilnya untuk membiayai hidup.
Misnawati menjadi satu dari puluhan janda yang menggantungkan hidup dari kerjaan kasar tersebut.
Dia mengakui bahwa kerjaan itu berat baginya yang sudah masuk usia senja, namun dia tak punya pilihan lain.
Selain harus mengirimi tiap bulan dua cucunya yang sedang sekolah, harus juga membayar listrik, kontrakan, hingga makan sehari-hari.
"Mau dak mau lah pak kami hidup dari hari ke hari seperti ini. Pendidikan kami rendah, peluang kerja di sini juga sedikit. Ndak papa panas-panasan sampai pulang dinihari yang penting dapat duit untuk ngirimi cucu," katanya kepada posbelitung.co ditemui di sela dia bekerja beberapa hari lalu.
Nenek berusia 53 tahun itu bercerita pernah ada masa di mana dia tidak bisa ngereman karena para penambang tidak beraktivitas.
Dia kesulitan mengirimi cucunya uang bahkan untuk makan saja dia sampai berhutang dengan tetangga.
Dia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian pada orang seperti dirinya yang menjadi tulang punggung di usia senja.
"Karena saya kerja di sini, ngereman dengan penambang-penambang saya harap tambang ini bisa terus ada jangan sampai ditutup. Kasihan saya dan janda-janda lain yang menggantungkam hidup di sini," harapnya tersedu.
