Perang Rusia dan Ukraina
Ibu Kota Ukraina Dibombardir Rusia, Puluhan Warga Tewas Hingga Negara Barat Berikan Sanksi
Di tengah pembicaraan upaya perdamaian, pasukan militer Rusia menyerang secara besar-besaran dengan mengebom ibu kota Ukraina
POSBELITUNG.CO, JAKARTA - Perang Rusia dan Ukraina makin menjadi-jadi.
Rusia secara besar-besaran dan masih menyerang untuk menjatuhkan ibu kota Ukraina, Kota Kyiv
Ledakan dahsyat terjadi dari serangan udara militer Rusia yang menghantam pusat komunikasi radar militer di luar Kota Kyiv.
Serangan udara besar-besaran Rusia ini terjadi hanya berselang beberapa jam setelah dilakukan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina berakhir.
Baca juga: Penyebab Terjadinya Perang Rusia dan Ukraina, Kemarahan Vladimir Putin Hingga Soal Supremasi
Ledakan kuat di daerah Brovary dan Solomenka telah mengakibatkan korban, menurut laporan.
Walikota Brovary juga termasuk di antara korban yang terluka menurut laporan situs berita Inggris, Express.co.uk.
Serangan ini dilakukan Rusia ketika anggota delegasi Ukraina pada pembicaraan gencatan senjata dengan Rusia pada hari Senin kemarin (28/2/2022) mengatakan negosiasi berlangsung pelik dan pihak Rusia bias.
Artileri Rusia membombardir distrik perumahan di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv pada hari Senin, dan diperkirakan menewaskan puluhan orang, kata para pejabat Ukraina.
Serangan artileri Rusia terjadi ketika pasukan penyerang Moskow menghadapi perlawanan keras dari Ukraina pada hari kelima konflik.
Baca juga: Spetsnaz Pasukan Elit Rusia Paling Ditakuti Dunia, Banyak yang Tak Sanggup Latihannya Mengerikan
Serangan itu terjadi selama berlangsung pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia.
“Pihak Rusia masih memiliki pandangan yang sangat bias tentang proses destruktif yang telah diluncurkannya,” kata Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter setelah menghadiri pembicaraan di dekat perbatasan Belarusia.
Rusia saat ini menghadapi isolasi yang semakin dalam dan gejolak ekonomi ketika negara-negara Barat, bersatu dalam mengutuk serangannya, menghantamnya dengan serangkaian sanksi yang menciptakan efek riak di seluruh dunia.
Saham di bursa global turun dan harga minyak melonjak.
Namun sebegitu jauh belum ada tanda-tanda Presiden Rusia Vladimir Putin akan mempertimbangkan kembali invasi yang dia lakukan terhadap tetangga di sebelah baratnya itu pada Kamis lalu.
Dia menolak tuduhan Barat selama ini dan membalas sanksi baru dengan langkah untuk menopang mata uang rubel Rusia yang runtuh.
