Ukraina 'Kekurangan Prajurit', Pria 71 Tahun Dikirim Buat Ikut Pelatihan Militer NATO di Jerman

Para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim...

istimewa
ILUSTRASI: Tentara Ukraina mengendarai kendaraan tempur infanteri BMP di kota wilayah Kostiantynivka Donetsk, pada 17 Juni 2023, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Anatolii STEPANOV / AFP (Anatolii STEPANOV / AFP) 

POSBELITUNG.CO -- Ukraina dikabarkan mengirimkan seroang manula berusia 71 tahun untuk pelatihan NATO di Jerman.

Hal itu terjadi setelah Ukraina dilaporkan kekurangan prajurit.

Pria lanjut usia tersebut telah mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina dan ini membuat instruktur militer Jerman pusing.

Financial Times, Senin (28/8/2023) melaporkan, pria lanjut usia tersebut mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina dan disetujui.

Laporan ini datang dari keterangan Instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman yang mengatakan mereka memang terkesan “motivasi luar biasa” dari para peserta pelatihan asal Ukraina.

Meski begitu, usia dan kemampuan peserta pelatihan yang dikirim Ukraina untuk mempelajari penggunaan senjata, cenderung unik dan 'sangat variatif'.

"Para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan ke luar negeri," keluh para instruktur dikutip dari Financial Times.

Baca juga: Menhan Ukraina Akui Rusia Unggul dalam Perang, Kurang Senjata dan Ladang Ranjau Jadi Halangan

Baca juga: Militer Inggris Diketawain Ex-CIA, Serangan Balasan Ukraina ke Rusia Mandek Gegara Semak Belukar

Baca juga: Tentara Transgender Ukraina ini Babak Belur Dipukuli saat Cuti untuk Pemakaman Ibu

Lalu kenapa Ukraina mengirim rekrutan yang cenderung di luar kompetensi?

Ada hal dan alasan di balik itu. Namun secara garis besar, Ukraina justru tidak ingin kehilangan orang-rang terbaik mereka hanya dalam 'simulasi'.

Nick Reynolds, seorang peneliti perang darat di lembaga analisis pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan Barat, hasilnya tidak sesuai harapan Kiev.

"Ukraina ingin pasukannya berlatih dengan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi di medan perang sebenarnya, namun juga dapat berisiko (cedera dan bahkan kematian" bagi personel militer yang terlibat," kata Reynolds.

"Namun, negara-negara Eropa mempunyai toleransi yang rendah terhadap kecelakaan pelatihan, dan pendekatan ini “tidak sesuai dengan persyaratan (Kiev) untuk peserta pelatihan,” jelasnya.

Dengan cara pandang begitu, tak heran kalau Ukraina mengirim seorang pria 71 tahun yang mengajukan diri menjadi militer untuk menjalani pelatihan dari Barat dengan risiko berat tersebut.

Seorang pelatih Jerman melaporkan bahwa dia mengalami ketegangan dengan komandan senior Ukraina, yang menerima pendidikan militer di masa Soviet dan merasa mereka lebih tahu.

Kurang Penerjemah

"Pun “tantangan nomor satu” bagi program Eropa untuk mengajar pasukan Ukraina menggunakan peralatan Barat adalah kurangnya penerjemah," kata Martin Bonn, brigadir jenderal Belanda yang merupakan wakil kepala misi pelatihan multinasional Uni Eropa, kepada FT.

“Tantangan besarnya adalah menerjemahkan kata-kata yang digunakan dalam konteks militer atau teknis… kata-kata yang tidak digunakan siapa pun dalam kehidupan sehari-hari,” kata Bonn.

Baca juga: Presiden Jokowi Dilempar Sandal dan Air Mineral oleh Emak-emak Tak Dikenal: Tolong Keadilan Pak

Baca juga: Biodata Kim Sejeong, Idol KPop yang Bakal Konser di Jakarta, Catat Harga Tiketnya

Baca juga: Daftar Formasi CPNS-PPPK 2023 Kementerian & Lembaga yang Diumumkan, Lengkap Cara Daftar Akun SSCASN

Masalah bahasa juga dilaporkan menghambat pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan jet tempur F-16 rancangan Amerika Serikat, sebuah program yang saat ini sedang berlangsung di Denmark.

Juru bicara Pentagon Sabrina Singh memperingatkan pekan lalu bahwa Washington tidak akan menyetujui pengiriman F-16 ke Kiev oleh negara-negara Eropa sampai para penerbang Ukraina belajar berbicara bahasa Inggris secara benar.

Moskow telah berulang kali memperingatkan bahwa pengiriman senjata ke Ukraina oleh AS dan sekutunya di Eropa hanya akan memperpanjang pertempuran dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.

Menurut para pejabat Rusia, pasokan senjata dan pelatihan kepada pasukan Kiev, serta pembagian intelijen, berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto sudah menjadi pihak dalam konflik tersebut.

Diam-diam Rombongan Jenderal NATO Temui Pejabat Militer Ukraina

Pajabat militer Ukraina diam-diam bertemu dengan jenderal NATO untuk membahas perang Rusia.

Informasi itu diketahui setelah dibocorkan oleh penasihat utama Kepresidenan Ukraina, Mikhailo Podoliak.

"Ada banyak pertemuan seperti itu," kata Podoliak, dikutip dari RT, Senin (28/8).

Menurutnya, strategi militer Ukraina tetap fleksibel dan berkembang sesuai situasi di lapangan.

Namun penyesuaian juga selalu didiskusikan bersama mitra mereka dari negara-negara Barat.

Baca juga: Anak di Bawah Umur jadi Korban Asusila Paman di Belitung Timur, Korban Trauma Berat

Baca juga: Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 17-18 Tema Pamflet Wisata, Kurikulum Merdeka

Baca juga: HP OPPO Terbaru di Awal Agustus 2023, Harga dan Spek RAM-nya

Hal ini bertujuan untuk merealisasikan pengiriman senjata tambahan.

Adapun pertemuan jenderal NATO dengan pejabat militer Ukraina terjadi sekitar pertengahan Agustus lalu.

Mereka bertemu di lokasi paling rahasia di perbatasan Polandia dan Ukraina.

Pertemuan yang berlangsung selama lima jam itu membahas strategi perang melawan Rusia.

Mengingat serangan balasan berjalan lambat, jenderal NATO turun tangan untuk memberikan solusi.

Selain itu, para pejabat Ukraina dan NATO juga membahas rencana untuk musim dingin dan seterusnya. 

(*/ Tribunnews.com / tribun-video.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved