Perang di Palestina

Netanyahu Hancur Tanpa AS, Kini Ngemis Minta Gencatan Senjata, Ditolak Mentah-Mentah oleh Hamas

Netanyahu pusing proposal gencatan senjata sementaranya ditolak mentah-mentah, Hamas mau permanen atau perang berkepanjangan

Penulis: Hendra CC | Editor: Hendra
Tangkap Layar/JN
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ngamuk, bubarkan rapat kabinet keamanan tingkat tinggi usai para menterinya terlibat cekcok dengan pimpinan tentara IDF. 

Ia menekankan faksi-faksi perlawanan Palestina tidak dapat meninggalkan Tanah Airnya, mengindikasikan Hamas akan tetap berada di Jalur Gaza dan menolak gagasan Israel yang ingin Hamas dimusnahkan dari Jalur Gaza.

Osama Hamdan menyerukan dunia untuk berpikir tentang era pasca-Israel di Jalur Gaza sebagai akibat dari agresi Israel di sana.

Pemimpin Hamas di Lebanon itu tidak ingin Israel mengambil kendali keamanan di Jalur Gaza dan sekutunya mengambil keuntungan darinya.

Ia menegaskan Amerika Serikat (AS), yang merupakan sekutu Israel, ingin ikut campur dalam menentukan masa depan Jalur Gaza, termasuk mengubah Otoritas Palestina (PA) sebelum memerintah di Jalur Gaza dan mendemiliterisasi Jalur Gaza, yang secara otomatis menggulingkan Hamas.

“Amerika Serikat (AS) ingin mengatur wilayah tersebut sesuai dengan kepentingan mereka, dan mereka menyadari bahwa kelanjutan pertempuran tersebut akan berdampak buruk terhadap Israel menghancurkan semua front di kawasan yang mencakup Israel,” katanya.

Usulan Hamas dan Israel

Israel hanya menginginkan gencatan senjata sementara dan sebaliknya, Hamas menginginkan gencatan senjata permanen.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters, salah satu usulan Israel adalah mengakhiri perang dengan mendeportasi enam pejabat senior Hamas dari Jalur Gaza, namun usulan ini ditolak mentah-mentah oleh Hamas.

Daftar yang disampaikan Israel termasuk pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Al-Sinwar, dan komandan Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas), Muhammad Al-Deif.

Seorang pejabat Mesir mengkonfirmasi kepada Associated Press, Hamas menolak usulan Israel untuk melakukan gencatan senjata selama dua bulan dan kembali melanjutkan perang.

Para pemimpin Hamas juga menolak untuk meninggalkan Jalur Gaza, menuntut agar Israel sepenuhnya menarik diri dari Jalur Gaza, dan mengizinkan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka, sebagai imbalan atas pembebasan para sandera.

Surat kabar AS, The Wall Street Journal, mengutip sumber mediator Mesir, mengatakan Hamas terbuka untuk membahas kesepakatan pembebasan semua perempuan dan anak-anak sipil yang disandera dengan imbalan gencatan senjata permanen.

Di antara para sandera, terdapat 19 wanita Israel dan dua anak-anak yang masih ditawan Hamas.

Meski Hamas bersedia untuk negosiasi, namun perundingan itu masih bisa gagal karena perbedaan tuntutan yang tajam antara Israel dan Hamas.

Perundingan Proposal yang Sulit

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved