Biodata

BIODATA Muhammad Al Fatih, Rebut Konstantinopel Dalam Waktu 53 Hari Saat Usia 21 tahun

Muhammad Al Fatih atau juga dikenal Mehmed II, adalah satu tokoh Islam berpengaruh di dunia.

|
Penulis: Alza | Editor: Alza
Victoria and Albert Museum via wikipedia commons
Lukisan Muhammad Al Fatih yang dibuat Gentile Bellini tahun 1480. 

Semasa kepemimpinannya, Muhammad Al Fatih meninggalkan banyak warisan kemajuan.

Beberapa peninggalan Muhammad Al Fatih yakni Masjid Fatih dan Istana Topkap.

Pemimpin hebat

Di dalam sejarah Islam, beberapa orang pemimpin yang hebat adalah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Nama Muhammad Al Fatih atau Mehmed II masuk bersama Shalahuddin Al Ayyubi dan Sultab Saifuddin Mahmud Al Qutuz.

Mehmed II sangat unggul di antara teman-teman sebayanya dalam banyak keilmuan.

Setelah mengadakan perjanjian damai dengan Kadipaten Karaman di Anatolia pada 1444, Murad yang sebenarnya lebih tertarik dalam masalah agama dan seni daripada politik turun takhta dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada Mehmed yang saat itu masih dua belas tahun.

Dengan keadaan seperti ini, wazir agung (perdana menteri) saat itu, Çandarlı Halil Pasya, memiliki kendali kuat atas negara. Halil Pasya sendiri berasal dari keluarga Çandarlı, salah satu keluarga paling berpengaruh dalam sejarah Utsmani (selain Wangsa Utsmaniyah sendiri) yang telah berhasil menciptakan politik dinasti dalam negara. Meski begitu, pengaruhnya tersaingi oleh Syaikh Syamsuddin yang sangat dekat dengan Mehmed.

Pada periode pertama masa kekuasaan Mehmed, pihak Utsmani diserang Kerajaan Hungaria yang dipimpin János Hunyadi yang melanggar gencatan senjata yang tertuang dalam Perjanjian Szeged (1444).

Dalam keadaan seperti ini, Mehmed meminta ayahnya untuk kembali naik takhta, tetapi Murad menolak.

Sebagai balasan, Mehmed menulis surat, "Bila Ayah adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah.

Bila aku adalah sultan, aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku."

Murad kemudian datang dan memimpin pasukan, mengalahkan pasukan gabungan Hungaria-Polandia dan Wallachia yang dipimpin oleh Władysław III, Raja Hungaria dan Polandia; János Hunyadi, komandan pasukan gabungan Kristen; dan Mircea II, Voivode (Adipati/Pangeran) Wallachia dalam Pertempuran Varna (1444).

Murad kemudian didesak untuk kembali naik takhta oleh Çandarlı Halil Pasya yang tidak senang dengan kuatnya pengaruh Syaikh Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed.

Murad kembali naik takhta dan berkuasa hingga wafatnya pada 18 Februari 1451.

Sepeninggalnya, Mehmed kembali naik takhta dan dinobatkan di Edirne pada usia sembilan belas tahun. 

Sumber referensi: kompas.com/wikipedia

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved