Pandangan Akademisi Soal Pecah Kongsi Burhanudin dan Khairil Anwar di Pilkada Belitung Timur 2024

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Pecah kongsi antar petahana kepala daerah di Belitung Timur, yakni Bupati Burhanudin (Aan) dan Wakil Bupati Khairil Anwar kemungkinan besar akan terjadi pada Pilkada Belitung Timur 2024 mendatang.

Sinyal-sinyal perpisahan dari keduanya sudah tertangkap jelas.

Khairil Anwar sudah mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan, PKB, PPP dan Hanura dengan pasangan barunya, Kamarudin Muten (Afa).

Sementara itu, Burhanudin tampaknya gagal mengajak Khairil Anwar berpasangan kembali di Pilkada Belitung Timur 2024.

Pembicaraan tersebut diungkapkan Burhanudin terjadi pada saat pembukaan Safari Ramadhan di Dendang.

Pengamat sekaligus akademisi ilmu politik Universitas Bangka Belitung, Ariandi Zulkarnain menilai dinamika politik tersebut akan mempengaruhi beberapa aspek.

"Potensi pecah kongsi (kepala daerah) sering kali akan berdampak pada harmonisasi ruang kerja dalam pemerintahan," kata Ariandi Zulkarnain kepada Posbelitung.co, Senin (29/7/2024).

Selain itu, posisi petahana dinilai mampu mereduksi ruang persaingan yang tidak setara bagi kandidat baru.

Akses sumber daya yang dimiliki petahana terhadap birokrasi bahkan finansial daerah melalui APBD, menjadi instrumen yang dapat dimanfaatkan sebagai senjata dalam rangka membuka ruang keterpilihan dalam pemilu.

"Seperti yang pernah diuraikan oleh Perludem, tujuan dasar dari Pilkada Serentak untuk menciptakan equal playing battle field menjadi sulit untuk dicapai," tuturnya.

Meskipun, dalam demokrasi kontemporer keterpilihan petahana sangat tergantung pada preferensi dan perilaku pemilih masyarakat, tentu dengan pecah kongsi petahana semakin mempersempit ruang persaingan dan tertumpu pada head to head petahana.

Pecah kongsi sangat dipengaruhi oleh modal sosial dan modal finansial yang dimiliki oleh para politisi, dan kepentingan aktor politik.

Dalam sistem multi partai, 20 persen kursi di parlemen daerah butuh segera dikunci lalu peta politik akan terlihat setelah pemain kunci.

Dalam hal ini, petahana membangun kekuatan politik untuk mendapatkan kandidasi dalam koalisi parpol.

"Maka, kunci peta politik lokal sangat dipengaruhi oleh dinamika antar calon kepala daerah maupun partai politik yang akan mengusung," ujarnya.

Pecah kongsi bupati dan wakil bupati bisa ditelusuri oleh beberapa penyebab yang mendasarinya.

Umumnya, pasangan yang mencalonkan diri berasal dari jalur partai yang berbeda.

Perbedaan pandangan politik sangat dipengaruhi dari harmonisasi antar elit politik dalam ruang pemerintahan.

Pecah kongsi menggambarkan bahwa ada pertarungan antar elit politik (kepala daerah).

"Pertarungan elit berjalan dalam perspektif kepentingan politik yang pragmatis, perbedaan kepentingan tersebut dapat bersifat personal maupun kelompok," jelasnya.

Oleh karena perbedaan tersebut, maka terkadang pecah kongsi menjadi jalan satu-satunya untuk tetap bisa membawa kepentingan masing-masing pada Pilkada 2024.

Selain itu, bergaining partai dalam rangka menguasai gelanggang politik di tingkat lokal memunculkan kepentingan pula bagi para politisi yang dikandidasikan.

Sehingga dorongan terhadap kader menjadi cukup kuat dengan memperhatikan momentum politik yang ada.

Dengan memperhatikan momentum tersebut, maka setiap politisi akan berhitung ulang sejauh mana peluang memenangkan kontestasi bisa diraih.

Sebaiknya, partai politik juga perlu memperhatikan demokrasi lokal, sehingga pencalonan dalam ruang pemilu lokal justru tidak hanya menjadi konsumsi bagi para elite.

"Yang perlu menang adalah rakyat dalam pemilu," tegasnya.

(Posbelitung.co/Sepri Sumartono)