Berita Belitung

Pengelola Geosite dalam Geopark Belitong Hadapi Tantangan Infrastruktur Hingga Legalitas Lahan

Pengelola geosite di Geopark Belitong kini menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi memengaruhi keberlanjutan destinasi wisata ini.

Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: Kamri
Dok. Posbelitung.co
Destinasi wisata Gunung Kubing salah satu geosite pada Geopark Belitong. 

POSBELITUNG.CO - Pengelola geosite di Geopark Belitong kini menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi memengaruhi keberlanjutan destinasi wisata ini.

Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Pj Bupati Belitung, Mikron Antariksa, Rabu (30/10/2024) berbagai isu, termasuk infrastruktur jalan yang kurang memadai, minimnya penerangan, dan kompleksitas legalitas lahan menjadi sorotan.

Setelah menerima "kartu kuning" dari konsil asesor UNESCO Global Geopark, Geopark Belitong membutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasi kendala ini, sehingga tetap dapat menarik wisatawan dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Pengelola Geosite Gunung Kubing, Diardi menyoroti tantangan infrastruktur yang menghambat aksesibilitas. 

"Kondisi kami sekarang tantangan infrastruktur yang kurang seperti jalan yang membuat kami kewalahan karena jalan menanjak, baru-baru ini ada kegiatan famtrip, mobil pengunjung kesulitan naik," katanya.

Selain tantang infrastruktur jalan, ia menambahkan bahwa masalah penerangan dan sinyal komunikasi yang sulit diakses semakin memperburuk situasi.

Untuk mendukung kegiatan wisata di objek tersebut, ia meminta perhatian lebih terhadap pengembangan fasilitas umum, termasuk toilet, gapura, galeri, dan pusat informasi.

"Yang kami harapkan sinergitas dengan semua sektor, jangan bergerak masing-masing, sehingga kerja bareng agar nyambung," imbuhnya.

Baca juga: Potensi Geopark Belitong Bisa Jadi Alasan Naikkan Status Bandara HAS Hanandjoeddin

Sementara itu, Subino, Ketua Pokdarwis Beauty Beginde dan pengelola Geosite Batu Baginda, menyampaikan kekhawatiran terkait kepemilikan lahan.

Ia menuturkan bahwa sejak 1998-1999, masyarakat telah menjual lahan tersebut kepada pengembang, dan sampai sekarang pemiliknya tidak diketahui.

Koordinasi dengan pemerintah desa pun belum memberikan solusi yang diharapkan.

"Karena lahan sekitar Batu Baginda bukan lagi milik pemerintah desa dan masyarakat setempat, tapi milik orang asing," jelasnya. 

"Kami ingin berkembang, kami berharap ada dukung terutama soal lahan agar ada kejelasan biar kami nyaman mengelola," harap Subino.

Sejak menjadi geosite pada tahun 2019, Batu Baginda dikelola oleh komunitas yang terdiri dari sekitar 32 anggota, meski hanya sebagian yang aktif.

Subino berharap dukungan dari semua pihak agar pengelolaan geosite dapat lebih optimal di masa depan.

Halaman
12
Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved