Meskipun iia tidak dapat mendukung reformasi dengan pelunakan kriteria Maastricht - tulang punggung aturan fiskal UE - dia mengatakan, "aturan fiskal harus lebih realistis dan efektif."
"Tujuannya adalah agar semua ekonomi tumbuh dan memiliki keuangan publik yang berkelanjutan."
"Saya menyarankan untuk menggabungkan jalur jangka panjang yang lebih kredibel untuk pengurangan utang dengan target jangka menengah yang fleksibel," imbuhnya.
G7 Mau Bunuh Diri
Masyarakat global kini mulai merasakan terjadinya krisis pangan.
Penyebab terjadinya krisis pangan ini akibat ulah sombong negara barat dan kelompok G7 yang mengisolasi Rusia.
Sejumlah negara di barat tak bisa membeli stok bahan pangan yang sebagian besar dipasok dari Rusia dan Ukraina.
Sanksi negara barat dan kelompok G7 ini seperti senjata makan tuan.
Hendak menghukum Rusia tetapi justru negaranya sendiri yang kelaparan karena kekurangan pasokan pangan.
Diketahui kelompok G7 yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat Sabtu (15/5/2022) kemarin menjatuhkan sanksi tambahan demi meningkatkan isolasi keuangan dan politik Rusia.
Baca juga: Hancur Berantakan Digempur Rusia, Ukraina Masih Ingin Melawan, Minta Bantuan Persenjataan ke Amerika
Baca juga: Amerika Kesal India Borong Minyak Rusia, Tak Sanggup Beli BBM Rakyat Inggris Terancam Kedinginan
Rupanya sanksi kelompok G7 ini tak memikirkan kepentingan masyarakat global.
“Perlu diketahui bahwa tindakan sepihak negara-negara Barat, terutama dari Kelompok Tujuh, yang memperburuk masalah pemutusan logistik dan rantai moneter pasokan makanan ke pasar dunia,” kata kementerian internasional Rusia, dalam siaran pers di situs webnya.
Melansir dari Reuters, Isolasi tersebut dimaksudkan untuk menghentikan pemasukan Rusia agar Putin tak lagi dapat memasok kebutuhan senjata militernya, demi melancarkan serangan invasi ke Ukriana.
Namun keputusan yang diambil Uni Eropa tak hanya memukul ekonomi Rusia saja, namun juga berimbas pada perekonomian dunia hingga memicu terjadinya krisis pangan masal.
Hal ini terjadi lantaran sanksi yang dikeluarkan Uni Eropa menyebabkan puluhan juta ton gandum Rusia gagal diekspor ke pasar global.