Tak Ada Darah Indonesia, Ternyata Sosok Nenek Ini yang Membuat Maarten Paes Bisa Jadi Pemain Timnas

Editor: Teddy Malaka
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto kenangan saat Maarten Paes berfoto bersama dengan neneknya, Nel Appels-van Heyst (kanan) seorang blijver yang lahir di Kota Pare, Kediri, Jawa Timur pada 20 Maret 1940. Neneknya telah meninggal beberapa bulan lalu.

Paes menyebut membela Timnas Indonesia sebagai sebuah kehormatan.

Di tengah kontroversi proses banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terkait statusnya karena pernah membela Belanda di level muda, Paes tetap antusias untuk menjadi bagian dari skuad Garuda.

Debut Memukau dan Penghormatan untuk Sang Nenek

Debut Paes bersama Timnas Indonesia menjadi momen spesial yang diwarnai aksi heroik. Dalam laga melawan Arab Saudi di kualifikasi Piala Dunia 2026, Paes tampil luar biasa dengan menggagalkan penalti kapten Arab Saudi, Salem Al-Dawsari, di menit ke-79.

Aksi penyelamatan tersebut langsung membalikkan situasi, dari kesalahan yang ia buat sebelumnya menjadi sorotan positif.

"Meskipun Arab Saudi lebih unggul dalam penguasaan bola, tim tamu terorganisir dengan baik sepanjang 90 menit," tulis ESPN dalam artikelnya, mengapresiasi penampilan Paes. Klubnya, FC Dallas, bahkan turut membagikan video penyelamatannya, yang menjadi bukti bahwa Paes kini menjadi idola baru di mata penggemar sepak bola Indonesia.

Setiap kali bermain, Paes seakan membawa warisan neneknya di lapangan. Ia merasa berada di Indonesia seperti berada di rumah kedua. "Jadi ketika saya berada di Indonesia kemarin, itu adalah perasaan yang istimewa," ucapnya.

Dengan performa apik dan dedikasi yang tak kenal lelah, Maarten Paes bukan sekadar pemain naturalisasi; ia adalah simbol ikatan sejarah dan warisan keluarga yang terus hidup, menginspirasi penggemar dan memberikan kehormatan kepada neneknya yang pernah merasakan suka duka hidup di tanah Indonesia. Paes adalah contoh nyata bagaimana kisah keluarga bisa membentuk karier dan menciptakan hubungan emosional yang kuat melintasi generasi.

Nenek Paes adalah seorang Blijver.

Blijvers adalah sebutan bagi orang keturunan Eropa yang lahir dan menetap di Indonesia saat masih dikenal sebagai Hindia Belanda.

Paes mengungkapkan sang nenek sempat tinggal di Indonesia selama 5-6 tahun. Sayangnya, neneknya saat itu menjadi korban Perang Dunia II.

Selama perang, dia kehilangan ibunya dan terpaksa hidup di kamp pengungsian.

"Dia pernah tinggal selama empat sampai lima tahun di Indonesia," kata Maarten Paes, dilansir melalui Instagram FC Dallas (2/5/2024).

"Namun saat PD II bergejolak, dia akhirnya mengungsi hingga pulang ke Belanda," sambung Maarten Paes.

Emosi Maarten terasa mendalam saat dia mengingat kembali perjuangan neneknya.

Halaman
1234

Berita Terkini