Berita Bangka Belitung

Antisipasi Lonjakan Cabai di Musim Hujan, Begini Kata Pemerintah

Menurutnya biasanya harga cabai di tingkat pedagang stabil di kisaran Rp40 ribu sampai Rp45 ribu

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Teddy Malaka
Bangkapos.com/Sela Agustika
HARGA CABAI MERAH - Cabai merah di lapak pedagang bumbu dapur di Pasar Air Itam Pangkalpinang, Jumat (5/9/2025). Harga cabai merah hari ini mengalami kenaikan hingga tembus Rp56.000 per kilogram. 
Ringkasan Berita:
  • Cabai terserang penyakit patek
  • Harga cabai naik dari Rp40–45 ribu/kg menjadi Rp80–85 ribu/kg 
  • Pasokan cabai ke pasar menurun drastis

POSBELITUNG.CO, BANGKA – Cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung mulai berdampak serius pada produktivitas tanaman hortikultura. Komoditas cabai menjadi yang paling terdampak akibat curah hujan tinggi yang memicu serangan penyakit pada tanaman. Kondisi ini membuat hasil panen menurun drastis dan harga cabai di pasaran meroket dua kali lipat dari harga normal.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Risvandika mengatakan memasuki musim penghujan membuat tanaman cabai di sejumlah kecamatan di Bangka Selatan diserang penyakit patek. 

Serangan penyakit ini membuat banyak tanaman gagal panen, bahkan sebagian petani terpaksa mencabut batang cabai yang busuk sebelum sempat dipetik.

Akibatnya, pasokan ke pasar berkurang drastis dan harga cabai melonjak tajam dalam beberapa pekan terakhir.

“Untuk komoditi cabai kami perkirakan akan mengalami fluktuasi dalam produktivitas. Curah hujan tinggi berdampak tanaman banyak diserang penyakit patek,” kata dia kepada Bangkapos.com, Jumat (31/10/2025).

Menurutnya biasanya harga cabai di tingkat pedagang stabil di kisaran Rp40 ribu sampai Rp45 ribu per kilogram.

Namun sejak pertengahan Oktober 2025, harga melonjak dua kali lipat menjadi Rp80 ribu.

Bahkan di beberapa pasar tradisional sempat menembus Rp85 ribu karena stok dari petani semakin menipis. Fenomena ini tak hanya berdampak pada cabai. 

Sejumlah komoditas sayuran daun seperti sawi, kangkung dan bayam juga terancam karena ditanam di lahan semi rawa yang kini tergenang air akibat curah hujan tinggi.

 Kondisi tanah yang terlalu lembab membuat pertumbuhan tanaman tidak optimal. Untuk menekan gejolak harga, pemerintah daerah akan melakukan survei pasar untuk memantau stok dan pergerakan harga bahan pokok.

“Oleh karena itu, kami akan melakukan sinkronisasi dengan pedagang distributor di luar Kabupaten Bangka Selatan untuk menjaga stabilitas harga,” ungkap Risvandika.

Selain itu lanjut dia, strategi disusun untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok. Pemerintah turut berkoordinasi dengan pemasok bahan pokok dari luar daerah termasuk petani champion atau unggulan.

Petani champion adalah petani penggerak yang menjadi mitra pemerintah dalam untuk mendukung stabilisasi pasokan dan harga suatu komoditas.

Mereka akan menjadi investor di daerah yang kerap mengalami defisit stok komoditas bahan pokok.

Khususnya yang belum dapat diproduksi di dalam daerah, seperti bawang merah. Langkah ini bertujuan untuk menambah pasokan cabai dan menjaga stabilitas harga di pasar lokal.

Sinkronisasi dengan daerah lain dianggap penting karena produksi lokal Bangka Selatan sebagian besar bergantung pada kondisi cuaca.

Ketika curah hujan tinggi, hasil panen dari daerah lain yang lebih kering bisa menjadi penopang pasokan.

“Kita akan bekerja sama dengan petani champion yang ada di daerah lain, terutama daerah penghasil cabai yang produktivitasnya cukup tinggi,” ucapnya.

Selain mengandalkan distribusi lintas daerah, pemerintah juga menekankan pentingnya adaptasi petani terhadap pola iklim yang kian sulit diprediksi. Para petani diimbau menyesuaikan waktu tanam dengan musim dan memperhatikan sistem drainase di lahan pertanian agar tidak tergenang air. 

Pemilihan waktu tanam yang tepat menjadi kunci utama untuk menjaga stabilitas produksi.

Selain itu, penggunaan varietas cabai yang tahan penyakit dan pengaturan jarak tanam juga dapat membantu mengurangi risiko gagal panen

“Petani harus bisa melihat sistem cuaca. Jangan sampai melakukan penanaman di saat musim penghujan dengan curah hujan tinggi,” imbau Risvandika

Ringkasan

Dampak Cuaca Ekstrem di Bangka Selatan

Cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi melanda Kabupaten Bangka Selatan, Kep. Bangka Belitung.

Kondisi ini menyebabkan penurunan produktivitas tanaman hortikultura, terutama cabai.

Dampak pada Komoditas Cabai

Cabai terserang penyakit patek, menyebabkan banyak tanaman gagal panen.

Sebagian petani terpaksa mencabut tanaman busuk sebelum panen.
Akibatnya, pasokan cabai ke pasar menurun drastis.
Harga cabai naik dari Rp40–45 ribu/kg menjadi Rp80–85 ribu/kg sejak pertengahan Oktober 2025.

Komoditas Sayuran Daun Terancam

Tanaman seperti sawi, kangkung, dan bayam ikut terdampak.

Lahan semi rawa tergenang air, membuat pertumbuhan tidak optimal.

Langkah Pemerintah Daerah

Melakukan survei pasar untuk memantau stok dan harga bahan pokok.

Sinkronisasi dengan distributor dan daerah lain guna menjaga stabilitas harga.
Bekerja sama dengan petani champion (petani unggulan) dari luar daerah untuk menambah pasokan cabai dan bawang merah.
Tujuan: menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pokok di Bangka Selatan.

Imbauan untuk Petani

Menyesuaikan waktu tanam dengan kondisi musim.

Memperbaiki sistem drainase agar lahan tidak tergenang.
Gunakan varietas cabai tahan penyakit dan atur jarak tanam.
Hindari menanam saat musim hujan. (Cepi Marlianto)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved