Liputan Khusus Angkutan Desa

Perempuan Ini Setia Selama 32 Tahun Naik Angkutan Desa

Mia mengatakan naik angkutan desa lebih santai. Mengingat posisinya sebagai penumpang, sehingga bisa istirahat pada saat di perjalanan.

Penulis: Dede Suhendar |
Pos Belitung/Dede Suhendar
Suherman, seorang sopir angkutan desa jurusan Desa Jangkang, tengah menyusun barang milik pelanggan di mobilnya, Senin (11/1/2016). Area parkir pasar induk menjadi lokasi angkutan desa standby. 

Laporan Wartawan Pos Belitung Dede Suhendar

POSBELITUNG.COM, BELITUNG - Lokasi di belakang Toko Sumber Mas, kawasan Pasar Tanjungpandan, terparkir sejumlah kendaraan angkutan desa (angdes).

Jenis mobil yang digunakan sebagai angkutan umum tersebut adalah pikap dilengkapi atap serta kursi. Angdes masih bertahan meski sudah banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi.

Mia satu dari sejumlah warga yang masih memanfaatkan angdes. Ia mengaku sudah menggunakan angdes sebagai angkutan umum sejak 1984 silam ketika hendak ke Tanjungpandan dari Desa Jangkang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur.

Menurutnya menggunakan angdes lebih aman ketimbang sepeda motor, karena risiko kecelakaan lebih kecil, terlebih saat membawa barang dalam jumlah banyak.

"Lebih aman lah. Terus kami bebas mau bawa barang berapa banyak," ujarnya.

Ia menambahkan menggunakan angdes juga lebih santai. Mengingat posisinya sebagai penumpang, sehingga bisa istirahat pada saat di perjalanan.

"Kan ada sopirnya, jadi kami bisa sambil makan, tidur atau ngobrol. Coba kalau naik motor, kan tidak bisa santai," ucapnya.

Angdes menjadi angkutan vital bagi perempuan yang merupakan seorang pedagang di Pasar Tanjungpandan.

Setiap hari ia harus bolak balik menjual hasil kekayaan alam dari desanya.

"Kalau ongkos tergantung barangnya, biasanya sih Rp 25 ribu. Tapi kalau barang banyak kan gak enak, jadi nambah," bebernya.

Sementara itu, Wintoro, seorang sopir angdes jurusan Desa Perpat, Kecamatan Membalong mengaku sudah 11 tahun beroperasi. Awalnya bisnis itu dirintis oleh sang ayah.

"Kalau sekarang memang agak sepi, karena banyak yang sudah pakai kendaraan sendiri. Biasanya barang mereka yang dititip di mobil," ujarnya kepada posbelitung.com, Minggu (17/1/2016).

Lelaki yang akrab disapa Wiwin ini menyatakan, tarif yang dikenakan berkisar dari Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu pulang pergi (PP).

Besarnya ongkos tergantung jarak tempuhSedangkan untuk barang, dikenakan tarif mulai Rp 2.000 sampai Rp 10 ribu.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved