Ketika Hidup Tak Hanya Dimaknai Sebagai Serangkaian Kebetulan, Perjalanan Hidup Jakob Oetama
Perjalanan hidup sebelumnya membentuk Jakob menjadi wartawan yang lebih peka dengan bermacam permasalahan kemanusiaan.
POSBELITUNG.COM - Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, genap berusia 85 tahun pada hari ini, Selasa (27/9/2016).
Sebagai sebuah refleksi atas nilai yang telah diwariskan Jakob Oetama, redaksi Kompas.com menyajikan rangkaian tulisan mengenai perjalanan hidup Jakob Oetama.
Tulisan tidak hanya merangkum perjalanan hidupnya dalam membesarkan Kompas Gramedia yang didirikannya, namun juga warna kehidupannya sebagai seorang pendidik, seorang wartawan, dan seorang pengusaha.
Meski begitu, peran terakhirnya selalu dijalani dengan kerendahan hati.
Sebab, seorang Jakob Oetama lebih senang dan bangga disebut wartawan, ketimbang pengusaha.
Providentia Dei
Bagi seorang Jakob Oetama, hidup tidak hanya dimaknai sebagai serangkaian kebetulan.
Iman menjadikan Jakob percaya bahwa hidup adalah skenario penyelenggaraan Allah, providentia Dei.
Berbagai peristiwa yang terjadi itulah yang membentuk karakter sederhana dan kerendahan hati seorang Jakob Oetama dalam menjalani berbagai peran kehidupan.
Dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir, Lahir dengan nama asli Jakobus Oetama, pada 27 September 1931, Jakob adalah putra pertama dari 13 bersaudara pasangan Raymundus Josef Sandiya Brotosoesiswo dan Margaretha Kartonah.
Ayahnya merupakan seorang guru Sekolah Rakyat yang selalu berpindah tugas.
Profesi ayahnya pula yang menjadi pilihan Jakob setelah memutuskan untuk tak melanjutkan cita-cita awalnya, menjadi pastor.
Usai lulus seminari menengah, sekolah calon pastor setingkat SMA, Jakob memang sempat melanjutkan ke seminari tinggi.
Namun, dia menjalani pendidikan di seminari tinggi hanya sekitar tiga bulan.
Setelah itu, Jakob pergi ke Jakarta untuk menjadi guru seperti ayahnya.
