Ini 5 Hal Menarik Sidang Kopi Sianida, dari Celana Misterius Hingga Paranormal
Namun, selama sidang itu setidaknya ada lima hal menarik yang mewarnai persidangan yang banyak diliput secara langsung oleh beberapa stasiun televisi
2. Celana jin misterius
Celana yang digunakan Jessica saat bertemu Mirna, menjadi salah satu hal yang ramai diperbincangkan. Pasalnya celana tersebut kemudian dibuang setelah Mirna tewas.
Tidak jelas siapa yang membuang. Jessica bilang asisten rumah tangganya yang membuang atas izin dia. Namun polisi berpendapat justru Jessica sendiri yang langsung membuangnya.
Pascakejadian itu, polisi menjadikan asisten rumah tangga Jessica sebagai saksi kunci. Dia pun tidak lagi bekerja di rumah tersebut dan diinapkan di safe house atau rumah aman.
Polisi mencari celana itu di tempat sampah. Bahkan sampai ke poll tempat sampah. Hasilnya nihil.
Dalam persidangan, Jessica menyebut celana jinnya dibuang karena sobek saat naik ke mobil Arief, suami Mirna, ketika mereka mau ke RS Abdi Waluyo.
Hingga kini keberadaan celana jin Jessica itu masih misterius.
3. Ajang kredibilitas pakar
Yang sangat menarik dari persidangan kasus Mirna adalah banyaknya pakar atau ahli yang dihadirkan, baik dari kubu pengacara maupun jaksa. Menariknya, tentu karena mereka memberikan penafsiran yang berbeda.
Bahkan saling bertolak belakang terhadap suatu topik. Ruang sidang jadi seperti ajang adu kredibilitas.
Misalnya saja “perang” antara psikolog klinis dari kubu jaksa, Antonia Ratih Andjayani, dengan psikolog kubu pengacara Jessica, Dewi Taviana Walida Haroen, terkait kecurigaan mengapa Jessica menaruh tas kertasnya di atas meja di kafe Olivier, seperti menutupi sesuatu.
Menurut Ratih - yang juga memeriksa kejiwaan Jessica dan menuangkan hasilnya ke dalam berita acara pemeriksaan (BAP) - berdasar perilaku lazim orang yang bertamu di restoran, umumnya akan meletakkan barang bawaannya di samping tubuhnya, jika masih ada ruang kosong. Saat itu Jessica masih sendiri di mejanya di kafe tersebut.
Dewi Taviana Walida Haroen yang merupakan psikolog Universitas Indonesia berpendapat lain. Apa yang dilakukan Jessica itu wajar. Sebab kebiasaan seseorang tidak bisa disamaratakan dengan orang lain secara umum.
Dewi lalu mencontohkan dirinya yang menaruh tasnya di atas meja dalam persidangan, di PN Jakarta Pusat. Menurutnya, beberapa orang memiliki kebiasaan meletakkan tas atau barangnya di atas meja, sekali pun ada tempat lain.
Perilaku itu didasari sejumlah alasan, antara lain, agar bisa dilihat orang lain alias pamer, takut hilang atau diambil orang, dan sebagainya.
