Luhut Tulis Curahan Hatinya :Mengapa di Tengah Pandemi, Ujaran Kebencian & Fitnah Terus Dipelihara?

Satu yang menjadi pembahasannya dalam tulisan curahan hati tersebut adalah soal maraknya ujaran kebencian dan fitnah di tengah pandemi.

TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Menteri Koordinator Kemaritiman RI, Jend. TNI. Purn. Luhut Binsar Panjaitan menghadiri forum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang digelar di Sudirman Center, Grand Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2016). Baru-baru ini, Jumat (10/4/2020), Luhut Binsar Pandjaitan mencurahkan isi hatinya tentang keadaan bangsa yang keruh di tengah peperangan terhadap wabah Virus Corona (Covid-19). 

Sebagai seorang prajurit Kopassus atau yang dulu disebut RPKAD pun saya terbiasa menghadapi banyak pertempuran jarak dekat, dengan situasi yang sangat mencekam.

Semua itu saya ingat waktu saya masih bujangan dan bahkan setelah saya menikah.

Pada saat itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa seorang prajurit RPKAD itu bisa mati terkena peluru.

Franky Sebut The Doctor Seperti sosok Lionel Messi Bagi Dunia MotoGP: Dongeng yang Happy Ending

Sampai suatu ketika saya terjun di Timor Timur bersama anak buah saya, keesokan harinya saya ketahui ternyata anak buah saya ada yang mati.

Tapi itu semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.

Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar.

Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit.

Tapi saya baru disadarkan saat kehilangan prajurit saya di daerah operasi, pada tahun 1975.

Ternyata manusia memang terdiri dari darah daging dan tulang, juga emosi.

Namun ketika saya pensiun sebagai tentara, begitu banyak perspektif hidup yang berubah.

Terutama “utang” yang saya miliki kepada istri dan anak-anak.

Selama puluhan tahun, terutama ketika harus menjalani tugas operasi ke daerah lain, tak terhitung berapa kali saya harus meninggalkan mereka.

Ada satu momen yang saya ingat sampai saat ini, yaitu suatu waktu anak saya Uli yang waktu itu berumur 3 tahun menangis ketika melihat saya pulang ke rumah.

Sayangnya dia bukan menangis karena lama menahan rindu ke ayahnya, tapi karena dia takut ada orang asing muncul di kamarnya.

Dia tidak mengenali saya. Sebagai seorang ayah, hal itu sangat membuat saya terpukul.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved