Luhut Tulis Curahan Hatinya :Mengapa di Tengah Pandemi, Ujaran Kebencian & Fitnah Terus Dipelihara?

Satu yang menjadi pembahasannya dalam tulisan curahan hati tersebut adalah soal maraknya ujaran kebencian dan fitnah di tengah pandemi.

TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Menteri Koordinator Kemaritiman RI, Jend. TNI. Purn. Luhut Binsar Panjaitan menghadiri forum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang digelar di Sudirman Center, Grand Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2016). Baru-baru ini, Jumat (10/4/2020), Luhut Binsar Pandjaitan mencurahkan isi hatinya tentang keadaan bangsa yang keruh di tengah peperangan terhadap wabah Virus Corona (Covid-19). 

Pada momen itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, bahwa setiap berangkat menjalankan tugas negara, saya harus memastikan diri saya dan prajurit lainnya bisa pulang dengan selamat.

Artinya, semua misi harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, sehingga kami bisa pulang untuk menebus utang waktu kami dengan keluarga.

Selesai bertugas sebagai tentara dan diberikan amanah untuk mengabdi dengan menjadi pejabat publik, semangat pantang menyerah itu tidak pernah luntur.

Saya selalu meyakini bahwa apa yang terbaik untuk masyarakat Indonesia maka harus diwujudkan, dengan berbagai macam risiko dan konsekuensinya.

Sapta Marga mengajarkan saya untuk terus membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

Saya terbiasa untuk tidak mudah memasukkan semua kritik ke dalam hati karena saya senang mendapat masukan juga kritik yang membangun dari siapa saja.

Saya selalu mempersilahkan siapapun yang ingin menyampaikan kritik untuk datang dan duduk bersama mencari solusi permasalahan bangsa.

Bukan dengan melempar ucapan yang menimbulkan kegaduhan tanpa fokus pada inti permasalahan.

Belakangan, saya melihat dinamika yang terjadi sudah sangat melampaui batas ini.

Saya tidak habis pikir, mengapa di tengah suasana pandemi seperti saat ini, ujaran kebencian dan fitnah terus dipelihara di tengah-tengah kita?

Mengapa kita masih diliputi dengan sentimen sektarian di saat seluruh anak bangsa harusnya bersatu melawan musuh bersama yaitu virus corona, yang mengancam kesehatan serta keselamatan seluruh masyarakat Indonesia?

Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan?

Momen seperti ini membuat saya rindu kepada almarhum Gus Dur yang semangat positifnya selalu menginspirasi setiap langkah saya menjalani hidup sebagai pejabat negara.

Dari Gus Dur pula saya belajar, bahwa perbedaan dan kritik pasti ada dan tidak bisa dihilangkan, karena perbedaan itu lahir bersama kita.

Wejangan Gus Dur inilah yang membuat saya selalu berprinsip bahwa persaudaraan antar anak bangsa harus kita kedepankan.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved