Liputan Khusus Masker

Penggunaan Masker di RSUD Melonjak, Berikut Data-data serta Penanganan Limbahnya 

Semenjak penanganan Covid-19, pemakaian masker di RSUD melonjak cukup signifikan hingga 15 persen.

Istimewa
Masker N95 boleh dipakai lagi setelah dicuci dan disterilkan dengan cara sederhana 

Penggunaan Masker di RSUD Belitung dan Belitung Timur Melonjak, Berikut Data-data serta Penanganan Limbahnya 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Masker termasuk satu diantara bahan medis habis pakai (BMHP) dan kebutuhan belanja rutin di RSUD Marsidi Judono Tanjungpandan. Bahkan semenjak penanganan Covid-19, pemakaian masker di RSUD melonjak cukup signifikan hingga 15 persen.

Masker bedah misalnya sebelumnya 2.900 box pertahun dan saat Covid-19 melonjak menjadi 4.680 box pertahun. Masker N95 sebelumnya 190 box pertahun dan saat Covid-19 bertambah menjadi 276 box perbulan.

Demi menyiasati tingginya pemakaian masker N95, manajemen RSUD membeli masker KN95 yang lebih murah sekitar 108 box pertahun.

"Peningkatannya memang cukup signifikan tapi kami berhasil menekan di beberapa titik dengan suplai menggunakan suplai IPCN. Karena semenjak Covid-19 ini seluruh petugas baik nakes, non nakes semuanya wajib menggunakan masker," ujar Kabag TU RSUD Marsidi Judono Tanjungpandan, Ika Harniati, Senin (26/4/201).

Baca juga: Viral Video Empat Remaja Kompak Goyang Tiktokan Background Bundaran Satam Belitung, Lentor Amat

Tingginya pemakaian masker tersebut secara otomatis berdampak pada bertambahnya limbah medis di RSUD. Ika menjelaskan limbah di RSUD terbagi empat macam yaitu domestik, infeksius, bahan kimia dan sitotoksik.

Khusus masker termasuk kategori limbah medis infeksius yang dibutuhkan penanganan khusus.
Direktur RSUD Marsidi Judono Tanjungpandan, dr Hendra SpAn dengan Komite TPI sudah menyusun prosedur penanganan limbah medis maupun B3.

Mulai dari ruangan, limbah masker langsung masuk plastik kuning sebagai tempat khusus limbah kategori infeksius, bahan kimia dan sitotoksik.

"Jadi setelah dimasukkan dan difiksasi, tidak boleh dibuka lagi. Bahkan ada petugas khusus, jadwal khusus dan jalur khusus karena RSUD ini jalurnya cuman satu jadi semuanya diatur demi keamanan," jelas Ika.

Baca juga: Cara Cek Penerima BLT UMKM Rp 1,2 Juta di BRI dan BNI

Kemudian, limbah masker tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan insenerator RSUD. Ia menegaskan penggunaan insenerator tersebut berdasarkan Edaran Bupati Belitung nomor 660.1/435/DLH/II.3 tentang Pemusnahan Limbah Infeksius, Limbah B3 Dari Penanganan Covid-19 ditambah Surat Edaran dari Dinas Lingkungan Hidup.

"Pembakaran dilakukan dua kali seminggu dan laporannya satu minggu sekali. Kami juga melaporkan setiap tiga bulan ke DLHD," katanya.

Belum ada izin

Pengolahan limbah menjadi faktor penting dalam pengelolaan rumah sakit, utamanya yang termasuk dalam golongan infeksius, seperti masker.

Berdasarkan data dari Bidang Penunjang RSUD Belitung Timur, produksi limbah infeksius di rumah sakit itu melonjak dua kali lipat di masa pandemi yaitu 60-70 kilogram per hari. Angka itu meningkat dua kali lipat dari masa sebelum pandemi yang hanya 30-40 kilogram dalam sehari.

Baca juga: Fasilitas Kesehatan India Lumpuh, Tewas Akibat Covid 19 Diatas 200 Ribu, WHO: Jangan Salahkan Corona

Tentu dalam pengelolaan limbah sebanyak itu butuh kerja ekstra. Hal itu diakui Kepala Bidang Penunjang RSUD Belitung Timur, Herlinawati.

Halaman
12
Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved