Rusia Tak Minat Kerjasama dengan Taliban, Putin Sindir AS 20 Tahun Perang Rugi 1,5 Triliun US Dollar

Kalau kelakuan Taliban berubah lebih beradab kemungkinan dunia international baru bisa mengakuinya, tapi kini masih dianggap teroris di Afghanistan

Editor: Hendra
Independent/Getty
Presiden Rusia Vladimir Putin 

"Cari tahu dahulu tentang mereka yang berperang dengan Anda selama 20 tahun," kata Putin.

"Kemudian, bicarakan tentang bagaimana menghadapi Rusia dan China," tambahnya.

Baca juga: Perut Neymar Seperti Wanita Hamil, Badannya Kegemukan Gerakannya Lamban Jadi Bahan Tertawaan

Putin Berhati-hati Terhadap Hubungan dengan Taliban

Putin memiliki rekam jejak mengkritik negara-negara Barat karena mencoba memaksakan nilai-nilai mereka pada negara non-Barat.

Pemerintah Moskow secara teratur mengecam kebijakan AS di Afghanistan, yang sekarang dikendalikan oleh Taliban setelah pengambilalihan.

Perwakilan Rusia di Kabul bertemu perwakilan Taliban beberapa hari yang lalu setelah AS pergi dan menyatakan Moskow akan mempertahankan hubungan dengan Afghanistan.

Putin menerangkan Rusia tidak akan ikut campur atas Afghanistan.

Ia telah belajar dari pendudukan Soviet di Afghanistan pada 1979-1989 silam.

Presiden Rusia tersebut menyatakan sikap kehati-hatian untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri di Afghanistan, termasuk kepemimpinan baru di Kabul.

Rusia masih mencatat Taliban sebagai organisasi "teroris" di negaranya.

Baru-baru ini, Rusia mengevakuasi warganya yang masih berada di Afghanistan karena situasi yang kian memburuk.

Ia juga mengevakuasi warga yang berada di negara bekas Soviet untuk menjamin keamanan.

Baca juga: Pejambret Apes, Berhasil Bawa Curi Ponsel, Kabur Terjebak di Gang Buntu Tak Berkutik Dibekuk Warga

Moskow memperingatkan tentang kelompok-kelompok ekstremis yang menggunakan kekacauan politik untuk memasuki negara-negara tetangga sebagai pengungsi.

Putin secara khusus telah mengeluh tentang negara Barat lain yang mencoba mengalihkan pengungsi Afghanistan di negara-negara Asia Tengah.

Ia khawatir penyebaran paham Islam radikal sampai ke negara-negara lain yang menjalin hubungan dengan Rusia.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved