Keroncong Stambul Fadjar Bagian Penting Perjalanan Musik Keroncong Nasional
Kesenian tersebut menjadi satu-satunya karya budaya dari Kabupaten Belitung yang ditetapkan dari tujuh karya budaya yang diajukan.
Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: Novita
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Baru-baru ini Kemendikbud Ristek baru menetapkan 289 karya budaya sebagai Warisan Budaya Takbenda 2021.
Satu di antaranya merupakan Keroncong Stambul Fadjar (KSF) seni musik dari Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung.
Kesenian tersebut menjadi satu-satunya karya budaya dari Kabupaten Belitung yang ditetapkan dari tujuh karya budaya yang diajukan.
Menurut Ketua Dewan Kesenian Belitung (DKB), Iqbal H Saputra, penetapan Keroncong Stambul Fadjar sebagai warisan budaya takbenda menjadi kebahagiaan bersama.
Tidak hanya bagi DKB, tapi menjadi kebahagiaan urang Belitong secara kolektif.
"Sepenelitian saya, ada dua kelompok keroncong yang ada di Pulau Mendanau.
Di Desa Suak Gual digawangi Kik Mat, Jabing, Sepoi, Parbong, dan kawan-kawan, serta di Desa Selat Nasik yang digawangi Kik Bahani dan kawan-kawan," kata Iqbal kepada Posbelitung.co, Rabu (26/1/2022).
Pria yang menjadi satu dari seniman yang lolos Program Seniman Mengajar 2018 dan ditugaskan Kemendikbud di Pulau Mendanau, khususnya Suak Gual, mengatakan, risetnya mengenai KSF membawa kelompok kesenian KSF ke UGM pada 2018 lalu dan mempresentasikan hasil penelitiannya.
Kelompok KSF dari Desa Suak Gual juga ditampilkan di hadapan Prof Viktor Ganap, yang merupakan ahli musik Keroncong Asia Tenggara dan Ahli Kesusastraan Prof Faruk HT.
Agenda tersebut dihadiri seniman-seniman dan akademisi musik, tidak hanya keroncong.
"Mereka sepakat malam itu, di PKKH (Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri) UGM, bahwa KSF adalah artefak penting, tidak hanya bagi Belitong, tetapi juga bagi Indonesia, sebagai rangkaian panjang sejarah holistik di Asia Tenggara," jelasnya.
Iqbal menyebut, KSF merupakan representasi masyarakatnya.
Dalam teori kebudayaan, KSF merupakan satu dari implementasi sistem pengetahuan masyarakatnya.
Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan mereka secara holistik terhadap jejak sejarah masa lalu, etnosains terhadap tetumbuhan yang bermanfaat dan memiliki nilai musikal yang kemudian digunakan untuk membuat gitar keruncong.
Serta implementasi sistem bahasa yang juga merupakan satu dari tujuh unsur kebudayaan secara universal yang ada dan berkembang di Pulau Mendanau.
