Virus Corona di Bangka Belitung

Bayi 7 Bulan yang Terinfeksi Covid-19 di Belitung Alami Henti Jantung dan Meninggal Dunia

Pasien mengalami perburukan kondisi sehingga dipasang alat bantu nafas ventilator mekanik sekitar pukul 07.30 WIB.

Shutterstock
Ilustrasi anak demam. Bayi 7 Bulan yang Terinfeksi Covid-19 di Belitung Alami Henti Jantung dan Meninggal Dunia 

POSBELITUNG.CO -- Seorang bayi perempuan berusia tujuh bulan yang terkonfirmasi positif covid-19 meninggal dunia, Rabu (2/3/2022), di RSUD Marsidi Judono Kabupaten Belitung.

Bayi yang dirawat di Ruang Pinang itu mengalami henti jantung dan meninggal dunia.

"Untuk perhatian masyarakat agar lebih hati-hati ternyata Covid yang sekarang bisa menyerang anak dan mengakibatkan kondisi kritis sampai meninggal dunia. Jangan pernah anggap remeh apalagi anak di bawah enam tahun belum divaksin," ujar Direktur RSUD Marsidi Judono dr Hendra SpAn saat dihubungi posbelitung.co.

Berdasarkan rilis RSUD, bayi berinisal AAS masuk Ruang Pinang pada tanggal 1 Maret 2022 sekitar pukul 06.00 WIB dengan swab antigen positif dan terkonfirmasi PCR di RSUD.

Pasien juga mengalami gejala-gejala klinis Covid-19.

Kemudian pasien mengalami perburukan kondisi sehingga dipasang alat bantu nafas ventilator mekanik sekitar pukul 07.30 WIB.

Pada hari kedua Rabu (2/3/2022) sekitar pukul 12.50 WIB, pasien mengalami henti jantung sehingga dilakukan pijat jantung luar.

Hasilnya terjadi perbaikan dan jantung pasien kembali berdetak normal lalu dilakukan intubasi ulang.

Selang beberapa menit kemudian, sekitar pukul 13.00 WIB, pasien kembali mengalami henti jantung dan dilakukan pijat luar namun tidak berhasil sehingga dinyatakan meninggal dunia pukul 13.20 WIB.

Selanjutnya dilakukan penanganan jenazah sesuai protokol kesehatan yang berlaku.

Orangtua Mesti Waspada

Penyakit yang disebabkan oleh coronavirus (SARS-CoV-2) ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak dan bayi di seluruh dunia. Namun, bagaimana efek covid-19 pada anak dan bayi?

Jumlah kasus COVID-19 pada anak semakin bertambah

Bagi para orangtua pasti khawatir mengenai pandemi COVID-19 yang mendunia sejak awal tahun 2020.

Bagaimana tidak, pandemi yang terjadi karena infeksi SARS-Cov-2 ini telah membuat ratusan orang menderita dan bahkan meninggal dunia.

Apalagi, virus SARS-Cov-2 juga terus bermutasi hingga memunculkan berbagai varian baru, misalnya COVID-19 varian Delta atau COVID-19 varian Lambda yang disebut dapat menyebar lebih cepat.

Akibat perkembangan virus dan penyakit ini, kasus COVID-19 semakin banyak terjadi pada anak dan bayi.

Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa kasus positif COVID-19 di Indonesia pada kelompok anak menanjak mencapai sekitar 11-12 persen.

Bahkan, angka kasus COVID-19 yang dialami anak di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia.

Tentu ini menjadi perhatian bagi orangtua untuk terus membantu anak agar terlindungi dari penyakit ini.

Untuk itu, mengenali gejala, risiko, serta cara pencegahannya merupakan hal penting untuk orangtua ketahui.

Bagaimana anak dan bayi bisa terkena virus SARS-Cov-2?
Sebagaimana orang dewasa, penyebaran virus SARS-Cov-2 pada anak juga terjadi dengan cara yang sama.

Virus ini bisa menyebar dari orang ke orang melalui percikan air liur (droplet) yang keluar dari mulut saat batuk atau bersin melalui kontak dekat.

Artinya, anak Anda bisa terkena virus ini bila menghirup udara yang sudah mengandung virus SARS-Cov-2 dari orang yang terinfeksi.

Selain itu, anak Anda bisa terinfeksi jika menyentuh permukaan benda yang sudah terkena virus SARS-Cov-2.

Virus ini kemudian masuk ke tubuh jika anak secara tidak sengaja menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Berbeda dengan anak yang lebih besar, bayi yang baru lahir bisa terpapar virus saat proses melahirkan atau setelahnya. Ia mungkin terkena dari ibu atau pengasuh yang terpapar COVID-19.

Gejala COVID-19 pada anak dan bayi yang perlu orangtua ketahui

Normalnya, gejala COVID-19 yang muncul pada anak dan bayi tidak jauh berbeda dengan yang timbul pada orang dewasa.

Adapun gejalanya mirip dengan penyakit flu pada anak yang terjadi pada 2-4 hari setelah virus menginfeksi.

Meski demikian, gejala COVID-19 pada anak dan bayi umumnya hanya ringan, atau bahkan dalam beberapa kasus tak bergejala.

Berikut ini beberapa gejala yang perlu orangtua ketahui agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan mendapatkan penanganan lebih awal.

Anak demam atau menggigil.

Bersin dan batuk pada anak.

Hidung meler.

Anak mengalami nyeri otot atau tubuh.

Sakit tenggorokan.

Sesak napas pada anak.

Hilang penciuman atau pengecapan.

Sakit kepala pada anak.

Kelelahan yang ekstrem.

Mual atau muntah pada anak.

Anak diare atau sakit perut.

Perubahan pada kulit, seperti area kulit kaki atau tangan yang berubah warna.

Tanda-tanda di atas mungkin mirip dengan penyakit pada anak lainnya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa gejala ini menunjukkan tubuh anak sedang terserang virus ini.

Selain itu, meski mayoritas hanya ringan, gejala yang lebih serius bisa terjadi pada bayi dan anak Anda.

Oleh karena itu, Anda sebaiknya tetap waspada dan memperhatikan tanda-tanda lainnya yang mungkin muncul.

Harus apa jika anak memiliki gejala COVID-19?

Jika Anda menemukan gejala tersebut pada anak, sebaiknya Anda tetap tenang dan segera lakukan tes untuk mendiagnosis COVID-19, seperti tes PCR.

Jika hasilnya positif dan gejala anak Anda ringan, anak Anda mungkin hanya perlu mengisolasi diri di rumah.

Biarkan anak Anda beristirahat dan penuhi kebutuhan cairannya selama mengisolasi diri. Namun, jika gejala cukup mengganggu, sebaiknya Anda membawa anak Anda ke dokter.

Dokter akan menentukan apakah anak Anda hanya perlu mendapat perawatan rumahan, rawat jalan, atau rawat inap di rumah sakit.

Dokter pun mungkin akan memberi obat-obatan untuk meringankan gejala yang anak Anda rasakan.

Selain itu, waspadai pula tanda-tanda atau gejala COVID-19 yang serius pada anak Anda. Berikut adalah gejala serius yang harus Anda waspadai.

Mengalami masalah pernapasan yang cukup parah hingga terengah-engah setiap kali bernapas.

Kebingungan atau sangat mengantuk.

Nyeri dada.

Pusing.

Kulit anak dingin, berkeringat, atau pucat, atau bibir kebiruan.

Anak mengalami sakit perut yang parah.

Tidak mampu bangun dari tempat tidur.

Pada kondisi ini, Anda mungkin perlu membawa anak ke unit gawat darurat untuk segera mendapat penanganan medis.

Jika parah, anak Anda mungkin perlu mendapat bantuan ventilator untuk membantunya bernapas. (Posbelitung.co/khamelia)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved