Pos Belitung Hari Ini

Remaja 28 Tahun Dua Kali Kena Sifilis, Penyakit Kelamin Intai Pelaku Seks Bebas

Akibat perilaku menyimpangnya, Bujang empat kali tertular penyakit kelamin di antaranya dua kali Gonore atau

Editor: Kamri
Dok. Posbelitung.co
Pos Belitung Hari Ini edisi terbit 27 Mei 2023 

POSBELITUNG.CO - Penyakit kelamin menular memang sudah merajalela sekarang ini.

Mereka yang terjerumus pergaulan bebas, tidak peduli muda atau dewasa, banyak terkena penyakit jenis ini seperti gonore, sifilis atau raja singa dan masih banyak lagi jenis penyakit kelamin menular lainnya.

Satu cerita tentang seorang remaja berusia 27 tahun yang terkena sifilis bisa dijadikan sebagai peringatan bagaimana penyakit kelamin menular ini telah menyebar kemana-mana.

Bujang (27) bukan nama sebenarnya, terhitung sudah empat kali menderita penyakit menular seksual (PMS) selama masa kuliahnya yang dipenuhi dengan kehidupan ingar-bingar seks bebas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bujang mengaku dulunya memiliki nafsu dan rasa tidak puas yang tinggi dalam hal hubungan seksual. Ia bahkan selalu merasa bosan jika hanya melakukan hubungan seksual dengan wanita yang sama untuk yang kesekian kalinya.

Hal itu membuat Bujang mempunyai fantasi dan keinginan berhubungan badan dengan wanita yang berasal dari bermacam-macam daerah, bahkan bule.

Akibat perilaku menyimpangnya, Bujang empat kali tertular penyakit kelamin di antaranya dua kali Gonore atau Kencing Nanah dan dua kali Sifilis atau Raja Singa dalam rentang waktu yang hampir tidak terpaut jauh.

“Tahun 2015 sampai dengan 2017, empat kali kena berturut-turut, pertama itu gonore, terakhir sifilis,” kata Bujang kepada Bangka Pos Group, Selasa (23/5/2023).

Gara-gara empat kali menderita PMS, Bujang sampaisampai mengetahui beberapa pengetahuan seputar tentang penyakit kelamin tersebut.

Seperti, pengetahuan tahapan penyakit kelamin yang didapatkannya melalui pengalaman dan hasil searching di google ketika mencoba mengobati sendiri penyakitnya tanpa bantuan medis.

“Ku sampai belajar ni ok, tahapan penyakit kelamin, itu yang pertama gonore, kencing nanah, terus baru sipilis raja singa, HIV lalu HIV/AIDS, empat tahapan, tapi ku cuma sampai ke tahap raja singa,” katanya.

Karena terlalu banyak pasangan dan terus bergonta-ganti, Bujang tidak tahu dari siapa sumber penyakit tersebut bisa menjangkit dirinya.

“Tidak tahu tertular dari siapa, tapi ku duga ku kena dari wanita malam atau yang jualan, karena pasti dia melakukan hubungan dengan yang lain, kenapa ku cari wanita lain, karena ku bosan,” ungkapnya. Pertama tertular Bujang bercerita, pertama kali dirinya menderita penyakit kelamin pada tahun 2016, yaitu gonore atau kencing nanah.

Ia sadar terkena gonore pada saat melihat bercak nanah berwana putih kekuningan seperti kuning telur pada celana dalamnya ketika bangun tidur.

Selain melihat nanah, Bujang juga merasakan pedih saat buang air kecil dan badan meriang.

“Hal pertama yang ku lakukan, cari informasi di google, karena ketakutan bisa berbahaya, karena belum pernah mengalami, dan pertama kali,” jelasnya.

Lalu, setelah dapat informasi seputar gonore di google, Bujang berusaha mengobati sendiri penyakitnya tanpa bantuan tenaga medis namun tidak berhasil sembuh.

“Ujung-ujungnya menyerah dan berani nahan malu ke dokter, karena tidak tahan lagi, pedih, pedih paling sakit tuh pas malam hari dan waktu kencing,” ujarnya.

Bujang merasa, mendapatkan penyakit itu karena sebelumnya selama dua mingguan telah berhubungan seksual dengan empat wanita berbeda di dunia malam.

Empat wanita itu, tiga dipacarin dan satunya wanita yang dibeli secara online dari aplikasi perpesanan senilai Rp400 ribuan.

“Tiga yang ku pacarin tuh, dua mahasiswa satu lagi LC dunia malam teman mabukku. Aku sembuh tu pas hari ketujuh atau tiga hari setelah ku berobat ke dokter” jelasnya.

Setelah sembuh, Bujang langsung memberikan obat gonore ke dua pasangannya yang masih menjalin komunikasi baik karena menduga pasti keduanya juga tertular.

“Satu ku bilang dengan cara jujur, satunya ku bohong dan bilang kalau obat sifilis itu obat kuat, karena ku menduga pasti mereka tertular juga,” ungkapnya.

Tidak lama setelah sembuh, sekitar dua bulan, Bujang kembali terkena gonore untuk kedua kalinya di tahun yang sama.

Sama seperti sebelumnya, Bujang menemukan gejala berupa bercak nanah pada celana dalamnya. “Kemudian aku menghubungi temanku yang bekerja di bidang kesehatan, dan dia memberikan obat antibiotik, lalu setelah minum obat, selama tiga hari sembuh lagi,” ujarnya.

“Kena kali kedua karena berhubungan badan dengan wanita malam dan gontaganti, bukan pacar, tapi tidak ada yang beli, cuma teman minum atau mabukmabukan,” lanjutnya.

Terpapar Sifilis

Setelah dua kali terkena gonore, kemudian Bujang menderita sifilis di akhirakhir tahun 2016.

Bujang mengetahui, yang dideritanya bukan lagi gonore karena ada gejala baru yang dialaminya selain bercak nanah dan sakit ketika buang air kecil.

Gejala baru itu, terjadi pembusukan atau ada borok di sekujur alat vital miliknya.

Karena panik melihat ada borok di penisnya, Bujang langsung segera pergi ke mantri tanpa berlama-lama.

Pengobatannya tidak jauh berbeda ketika saat terkena gonore, yaitu disuntik dan diberi obat serta disarankan tidak lagi melakukan seks bebas tanpa kondom.

“Kena dari wanita dunia malam, setiap minggu berhubungan dengan pasangan berbeda, sebagian pakai kondom, tapi sebagian tidak pakai karena dalam kondisi mabuk, wanita gratis, bukan pacar, teman mabuk juga,” jelasnya.

Kemudian, di awal tahun 2017, Bujang kembali terjangkit sifilis ketika sedang berlibur di Lombok.

Ia menduga, dirinya kembali terjangkit sifilis setelah melakukan hubungan seksual dengan wanita malam di Lombok.

Bujang mengaku, wanitawanita malam yang dibelinya masih berusia mudah sekitar 24-26 tahun dan yang terpenting sesuai dengan kriterianya.

“Pas di Lombok ini lah ku berobat penyakit kelamin paling mahal, karena langsung ke dokter spesialis penyakit kelamin, karena tidak malu, tidak ada yang kenal, biaya berobat sekitar Rp800 ribu, tapi tidak sampai sejuta, sebelumnya biasanya Rp300 ribu,” tambahnya.

Bujang mengatakan, di Lombok dirinya berhasil sembuh dan mendapatkan banyak pencerahan dan masuk nasehat dari dokter spesialis secara langsung.

Pencerahan dari konsultasi kesehatan ini biasanya tidak didapatkan Putra ketika berobat dengan mantri di Bangka Belitung.

Setelah dapat konsultasi kesehatan dari dokter spesialis di lombok, pikiran Bujang mulai terbuka dan sadar, bahwa penyakit menular seksual itu berbahaya.

“Dokter spesialis tuh menyarankan ku untuk tes HIV AIDS karena punya riwayat penyakit kelamin empat kali, terus tes dan hasilnya alhamdulillah negatif,” ujarnya.

Takut HIV/AIDS

Nasehat dokter spesialis di Lombok yang membuat Bujang berhenti berprilaku seks bebas ialah ketika dikatakan bahwa dirinya memiliki risiko tinggi terkena penyakit HIV/AIDS sebab telah mempunyai riwayat PMS empat kali.

Selain itu, Bujang juga mengaku telah ditegaskan oleh dokter spesialis penyakit kelamin tersebut bahwa HIV/ AIDS tidak dapat diobati.

“Dokter tuh bilang, ku masih muda dan kalau kena AIDS buat apa lagi hidupku, masa depan tidak ada lagi, dari dokter itu ku tercerahkan, alhamdulillah,” ungkapnya.

“Pas hasil tes AIDS negatif sambil nahan sakit pedih karena sifilis, ku bersyukur, sujud syukur dan menangis karena hasilnya negatif HIV,” lanjutnya.

Karena takut dengan penyakit HIV/AIDS, Bujangmengaku sampai sekarang tidak lagi gonta-ganti pasangan hubungan seksual dan bersyukur tidak lagi terkena penyakit kelamin apa pun.

“Cara ku bertahan sampai sekarang tidak terkena lagi penyakit kelamin karena dak agik gonta-ganti pasangan, atau pun seks bebas, mabukmabukan juga tidak pernah agik,” imbuh Putra. (Posbelitung.co/w6)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved