Ribuan KK di Bangka Belitung Masih BAB Sembarangan, di Belitung 19 Desa dan Belitung Timur Tidak Ada

Penularan penyakit melalui air seperti diare, kolera. Penularan penyakit terjadi karena sebagian besar praktik BAB sembarangan terjadi di dekat ...

INDIA 1
Ilustrasi BAB Sembarangan__ Ribuan KK di Bangka Belitung Masih BAB Sembarangan, di Belitung 19 Desa dan Belitung Timur Tidak Ada 

POSBELITUNG.CO -- Ribuan kepala keluarga ( KK ) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Babel ) disebut masih buang air besar ( BAB ) sembarangan atau open defecation.

Selain itu terdapat puluhan desa di Bangka Belitn yang penduduknya juga disebut masih BA sembarangan.

Berdasarkan sumber dari Kabupaten Kota di Bangka Belitung, masih ada 87 desa atau 22,13 persen yang penduduknya masih BAB sembarangan dan 6.716 KK  atau 1,45 persen yang masih BAB sembarangan.

Jumlah tersebut dengan sebaran di Kabupaten Bangka 4 desa, kabupaten Belitung 19 desa, kabupaten Bangka Barat 41 desa, kabupaten Bangka Tengah 6 desa, kabupaten Bangka Selatan 10 desa, Belitung Timur tidak ada, dan Pangkalpinang 7 kelurahan.

Kasi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Bangka Belitung (Babel) Meiristia mengatakan pemerintah berusaha untuk menciptakan kawasan bebas dari BAB sembarangan.

Pasalnya BAB sembarangan dapat berdampak menularkan penyakit.

"Penularan penyakit melalui air seperti diare, kolera. Penularan penyakit terjadi karena sebagian besar praktik BAB sembarangan terjadi di dekat saluran air dan aliran sungai. Masalah kesehatan bisa menjadi lebih parah, air dari aliran sungai yang biasa dimanfaatkan untuk BAB sembarangan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum dan masak," ujar Meiristia, Jumat (25/8/2023).

Baca juga: Polisi Amankan Terduga Pelaku Pengrusakan dan Pembakaran Aset PT Foresta di Belitung

Baca juga: Link Pendaftaran CPNS 2023, Lulusan SMA, Formasi S1, Termasuk Panduan Cara Daftarnya dan Syarat

Baca juga: Cara Mudah Membuat HP Oppo Reno10 Series 5G Jadi Remote TV dan AC, Tak Perlu Aplikasi Pihak Ketiga

Lebih lanjut, dia mengungkapkan selain penyakit yang ditularkan melalui air, ada pula potensi penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti lalat.

"Tinja yang dibuang sembarangan bisa mencemari sumber air bersih," lanjutnya.

Pemerintah provinsi dan daerah dalam hal ini sudah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan kawasan bebas BAB sembarangan.

"Upaya yang dilakukan seperti KIE stop buang air besar sembarangan baik ke Masyarakat maupun sektor terkait, pemberdayaan Masyarakat dengan melakukan pemicuan STBM ke desa-desa.

Koordinasi, sinergisitas lintas sektor antara lain: dinas PU Perkim , Dinsos Pemdes, Laznas, CSR guna pembangunan jamban di desa-desa yang belum stop buang air besar sembarangan.

Serta Advokasi tim kelompok kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) kepada kepala daerah kabupaten/kota dalam rangka percepatan pencapaian stop buang air besar sembarangan," ungkap Meiristia.

Pemerintah Mesti Turun Tangan

Praktisi Kesehatan atau Dokter Umum, dr Riza Jayanti mengatakan dampak buruk dari BAB sembarangan dapat menularkan penyakit serta pencemaran lingkungan.

"BAB adalah perilaku yang tidak sehat, karena melakukan pencemaran lingkungan, seperti yang kita ketahui tinja adalah produk limbah akhir yang dihasilkan oleh sistem pencernaan, dibuang dari anus saat defekasi atau BAB yahg dikeluarkan dari tubuh sebanyak 1 atau 2 kali dalam sehari.

Bila dilakukan sembarangan akan mencemari lingkungan, tanah, udara dan air yang akan menyebabkan diare," ujar dr Riza, Jumat (25/8/2023).

Baca juga: Doriz Zarvita, Pemenang Lomba Mirip Mendiang Emma Ratna Puri Korban Jatuhnya Lion Air JT610

Baca juga: Oklin Fia Minta Maaf, Akui Menyesal Buat Konten Jilat Es Krim: Ini Teguran Allah, Sosok Pria Terkuak

Baca juga: Sambo Cs Resmi Dijebloskan ke Lapas Salemba, Putri Candrawathi Dieksekusi ke Lapas Pondok Bambu

Dia menghimbau agar masyarakat tidak lagi buang air besar sembarangan untuk menjaga lingkungan dan mencegah penularan penyakit.

"Masyarakat diharap juga membuat jamban yang ada septitank dan membiasakan cuci tangan memakai sabun setelah BAB," katanya.

Pemerintah provinsi dan daerah dalam hal ini juga harus mengatasi hal ini dengan memberi edukasi kepada masyarakat.

"Koordinasi dan dukungan dari berbagai stakeholder, keluarga, aparat desa, tokoh masyarakat, kader posyandu, LSM, petugas kesehatan, dan pemda setempat perlu untuk menangani hal ini," katanya.

Baca juga: HP OPPO Terbaru di Awal Agustus 2023, Harga dan Spek RAM-nya

Baca juga: Terbaru Harga OPPO A Series di Agustus 2023, Oppo A16 Turun Rp500 Ribuan dan A17 Turun Rp200 Ribu

Akibat BAB sembarangan

Di sisi lain, praktik BAB sembarangan memicu potensi sejumlah bahaya yang mengintai tak hanya individu yang melakukannya, tapi juga orang lain. Apa akibat yang ditimbulkan jika seseorang buang air besar sembarangan? Dilansir dari beberapa sumber, berikut dampaknya.

1. Meningkatnya penularan penyakit melalui air

Salah satu dampak dari BAB sembarangan adalah penularan penyakit melalui air.

Salah satu contoh terbanyak adalah diare. Diare dan penyakit lain yang terkait dengan BAB sembarangan paling banyak menyerang bayi di bawah lima tahun (balita) karena mereka sangat rentan terhadap penyakit.

Penularan penyakit terjadi karena sebagian besar praktik BAB sembarangan terjadi di dekat saluran air dan aliran sungai.

Masalah kesehatan bisa menjadi lebih parah air dari aliran sungai yang biasa dimanfaatkan untuk BAB sembarangan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum dan masak.

Hal tersebut akan memicu berbagai penyakit ditularkan melalui air seperti kolera, tifus, dan trachoma. Di daerah perkotaan, penularan penyakit dari BAB sembarangan biasanya melalui sistem drainase untuk mengalirkan air hujan ke saluran air yang alami.

2. Penularan penyakit tidak langsung

Selain penyakit yang ditularkan melalui air, ada pula potensi penularan penyakit secara tidak langsung, contohnya melalui lalat.

Ketika kotoran akibat BAB sembarangan menumpuk, hal tersebut akan menarik lalat dan serangga lain. Lalat-lalat tersebut kemudian menyebar sekitar daerah sekitarnya, membawa kotoran dan mikroba penyebab penyakit.

Dari situ, lalat-lalat tersebut hinggap di makanan dan minuman yang dimakan orang tanpa sadar. Dalam kasus seperti itu, lalat bertindak sebagai penyebar penyakit, contohnya kolera.

3. Memperparah penyebaran penyakit

BAB sembarangan menjadi siklus yang memperparah penyebaran penyakit di suatu wilayah.

Misalnya di suatu wilayah masih banyak orang yang mempraktikkan BAB sembarangan kemudian timbul penyakit, seperti diare dan sakit perut.

Orang yang terkena diare dan sakit perut jadi terbatas pergerakannya dan kalau ingin buang hajat, maka dia kembali mempraktikkan BAB sembarangan.

Dari situ terjadi siklus penyebaran penyakit yang semakin parah dan harus diintervensi dengan segera.

4. Malnutrisi pada anak

Malnutrisi pada anak-anak adalah masalah kesehatan lain akibat BAB sembarangan.

Begitu seorang anak terjangkit salah satu penyakit karena BAB sembarangan, mereka mulai kehilangan banyak cairan dan kurang nafsu makan.

Akibatnya muncul kasus gizi buruk. Selain itu, kondisinya akan semakin parah jika ada cacing usus. Masalah ini menyebabkan anak terhambat pertumbuhannya.

Daya tahan tubuh mereka juga bisa melemah sehingga rentan terhadap penyakit lain seperti pneumonia dan tuberkulosis.

5. Anak stunting

BAB sembarangan dan sanitasi yang kurang layak juga dapat memicu stunting pada anak.

Sebuah studi terhadap 112 distrik di India menunjukkan bahwa jumlah anak stunting lebih tinggi di daerah praktik BAB sembarangan lebih sering terjadi.

Dalam studi tersebut disebutkan, lebih dari separuh anak-anak mengalami stunting, dan hampir sepertiga dari anak-anak mengalami stunting parah.

Studi lain menyatakan bahwa tinggal dengan atau di dekat tetangga yang terus melakukan BAB sembarangan berdampak signifikan terhadap kesehatan, apalagi di daerah yang berpenduduk padat.

6. Kekerasan berbasis gender

BAB sembarangan dan sanitasi yang kurang memadai juga menimbulkan dampak berbasis gender.

Kurangnya akses ke jamban dan toilet pribadi membuat anak perempuan dan perempuan muda rentan terhadap kekerasan seksual.

Karena tidak ada fasilitas toilet pribadi untuk perempuan, mereka sering terpaksa buang air di tempat umum pada dini hari atau larut malam. Padahal, di waktu-waktu tersebut potensi terjadinya kekerasan seksual menjadi lebih tinggi.

(*/Cici Nasya Nita/ Kompas.com )

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved