Ukraina 'Kekurangan Prajurit', Pria 71 Tahun Dikirim Buat Ikut Pelatihan Militer NATO di Jerman
Para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim...
Penulis: Asmadi Pandapotan Siregar CC | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar
POSBELITUNG.CO -- Ukraina dikabarkan mengirimkan seroang manula berusia 71 tahun untuk pelatihan NATO di Jerman.
Hal itu terjadi setelah Ukraina dilaporkan kekurangan prajurit.
Pria lanjut usia tersebut telah mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina dan ini membuat instruktur militer Jerman pusing.
Financial Times, Senin (28/8/2023) melaporkan, pria lanjut usia tersebut mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina dan disetujui.
Laporan ini datang dari keterangan Instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman yang mengatakan mereka memang terkesan “motivasi luar biasa” dari para peserta pelatihan asal Ukraina.
Meski begitu, usia dan kemampuan peserta pelatihan yang dikirim Ukraina untuk mempelajari penggunaan senjata, cenderung unik dan 'sangat variatif'.
"Para komandan Ukraina di garis depan seringkali lebih memilih untuk tetap menjaga prajurit terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan ke luar negeri," keluh para instruktur dikutip dari Financial Times.
Baca juga: Menhan Ukraina Akui Rusia Unggul dalam Perang, Kurang Senjata dan Ladang Ranjau Jadi Halangan
Baca juga: Militer Inggris Diketawain Ex-CIA, Serangan Balasan Ukraina ke Rusia Mandek Gegara Semak Belukar
Baca juga: Tentara Transgender Ukraina ini Babak Belur Dipukuli saat Cuti untuk Pemakaman Ibu
Lalu kenapa Ukraina mengirim rekrutan yang cenderung di luar kompetensi?
Ada hal dan alasan di balik itu. Namun secara garis besar, Ukraina justru tidak ingin kehilangan orang-rang terbaik mereka hanya dalam 'simulasi'.
Nick Reynolds, seorang peneliti perang darat di lembaga analisis pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan Barat, hasilnya tidak sesuai harapan Kiev.
"Ukraina ingin pasukannya berlatih dengan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan drone, dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi di medan perang sebenarnya, namun juga dapat berisiko (cedera dan bahkan kematian" bagi personel militer yang terlibat," kata Reynolds.
"Namun, negara-negara Eropa mempunyai toleransi yang rendah terhadap kecelakaan pelatihan, dan pendekatan ini “tidak sesuai dengan persyaratan (Kiev) untuk peserta pelatihan,” jelasnya.
Dengan cara pandang begitu, tak heran kalau Ukraina mengirim seorang pria 71 tahun yang mengajukan diri menjadi militer untuk menjalani pelatihan dari Barat dengan risiko berat tersebut.
Seorang pelatih Jerman melaporkan bahwa dia mengalami ketegangan dengan komandan senior Ukraina, yang menerima pendidikan militer di masa Soviet dan merasa mereka lebih tahu.
Kurang Penerjemah
"Pun “tantangan nomor satu” bagi program Eropa untuk mengajar pasukan Ukraina menggunakan peralatan Barat adalah kurangnya penerjemah," kata Martin Bonn, brigadir jenderal Belanda yang merupakan wakil kepala misi pelatihan multinasional Uni Eropa, kepada FT.
Program Pelatihan Kerja 2025 Ditutup, Peserta Diharapkan Bisa Membuka Wirausaha di Pangkalpinang |
![]() |
---|
VIDEO: Pesawat Jatuh di Bogor Ternyata Sedang Jalani Misi Pelatihan |
![]() |
---|
Gelombang Tsunami Tiba di Kepulauan Ogasawara Jepang Siang Ini Pasca Gempa di Rusia |
![]() |
---|
Tsunami Ancam Rusia dan Jepang Usai Gempa Magnitudo 8,7 di Pantai Timur Rusia |
![]() |
---|
Gempa Picu Tsunami di Rusia, BMKG Keluarkan Peringatan Dini di Wilayah Pesisir Indonesia Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.