Berita Pangkalpinang

Karhutla Dominan Ulah Manusia, Akademisi Sebut Bisa Merusak Keseimbangan Ekosistem

Setelah terjadi kebakaran hutan dan lahan maka dampak selanjutnya adalah menurunnya kualitas udara akibat asap dan partikel abu sisa pembakaran.

Penulis: Andini Dwi Hasanah |
Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah
Lahan kering bekas kebakaran hutan dan lahan di Jalan Pulau Gelasa atau kawasan perkantoran Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Kecamatan Temberan, Pangkalpinang. 

POSBELITUNG.CO, PANGKALPINANG - Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Pangkalpinang dominan akibat ulah manusia yang disengaja maupun kelalaian.

Selain itu juga karena pengelolaan lahan yang tidak tepat, seperti praktik pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, adalah beberapa contohnya.

Dampak dari kebakaran lahan tersebut kini menyisakan lahan kering yang gundul. Pohon-pohon yang sebelumnya berwarna hijau kini kering berwarna coklat. Abu-abu sisa kebakaran masih kerap berterbangan.

Dosen Biologi Universitas Bangka Belitung, Rinny Saputri MSi menyebut, secara umum penyebab karhutla dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu akibat faktor alam dan akibat dari perbuatan manusia.

Karhutla sangat perlu mendapatkan perhatian dan penanganan sedini mungkin, karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi, namun juga berdampak secara terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan.

"Secara ekologi, tentunya merusak keseimbangan ekosistem dengan musnahnya pepohonan yang merupakan habitat bagi fauna dan berkurangnya jumlah flora. Berkurangnya jenis tumbuhan dan pepohonan juga berdampak menimbulkan bencana alam seperti erosi, tanah longsor, dan banjir. Pada akhirnya akan merusak lingkungan dan menimbulkan banyak kerugian," ujar Rinny kepada Bangkapos.com, Kamis (12/10/2023).

Selain itu, kata Rinny, dampak selanjutnya yang dapat timbul akibat kebakaran hutan adalah timbulnya berbagai macam bibit penyakit. Penyakit yang sering timbul akibat kebakaran hutan terutama yang berhubungan dengan pernafasan.

"Karena asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan ini secara otomatis akan berbaur dengan udara yang selalu dihirup melalui proses pernafasan. Asap yang dihirup akan menyebabkan berbagai penyakit seperti ISPA, gangguan paru- paru dan saluran pernafasan lainnya," terangnya.

Menurutnya, selain masalah gangguan pernafasan, masih banyak lagi jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena kebakaran hutan ini. Contoh lainnya adalah iritasi pada mata ataupun kulit.

Rinny mengatakan, akibat pertama yang akan ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan dan lahan adalah munculnya kabut asap.

Asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan ini akan dapat menyebar ke wilayah sekitar sehingga akan menimbulkan polusi udara yang akan merambah ke wilayah-wilayah sekitarnya, bahkan radius beberapa kilometer.

"Hal ini karena tersebarnya asap dan emisi gas karbondioksida, nitrogen dioksida dan gas-gas lain hasil dari pembakaran ke udara yang juga lebih jauh akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Terjadinya polusi udara merupakan dampak yang tidak bisa dipisahkan dari kebakaran hutan dan lahan" jelasnya.

Menurutnya, abu sisa pembakaran berterbangan di udara dan menjadi penyebab pencemaran udara.

Setelah terjadi kebakaran hutan dan lahan maka dampak selanjutnya adalah menurunnya kualitas udara akibat asap dan partikel abu sisa pembakaran.

Sebagai residu dari pembakaran, abu sangat mudah berterbangan di udara karena merupakan partikel ringan terbawa angin dan menyebar ke wilayah sekitarnya dan menjadi polutan di udara.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved