Berita Belitung

Manfaatkan Limbah Styrofoam Jadi Penyerap Logam Berat pada Air Eks Kolong Timah

Ketiga mahasiswa ini tergabung dalam tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang riset eksakta Universitas Bangka Belitung.

IST/Dok Tim PKM UBB
Tim PKM UBB yang mengembangkan membran penyerap logam berat berbahan limbah styrofoam. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Inovasi menanggulangi logam berat pada air di kolong timah dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB).

Bermula dari melihat sampah styrofoam yang kerap digunakan sebagai pembungkus makanan, menjadikan tiga mahasiswa UBB mengolahnya menjadi membran yang dapat menyerap logam berat pada air kolong bekas tambang timah. 

Ketiga mahasiswa ini tergabung dalam tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang riset eksakta Universitas Bangka Belitung.

Mereka ialah mahasiswa Jurusan Kimia yang diketuai oleh Faizah Alivia Putri serta beranggotakan Widia dan Addela Amelia.

Mahasiswa yang dibimbing oleh Robby Gus Mahardika berhasil memodifikasi limbah styrofoam menjadi membran yang dapat menyerap logam berat Fe (besi) pada air kolong bekas tambang timah.

"Membran tersebut merupakan membran kompleks polielektrolit polistirena tersulfonasi-kitosan. Proses pembentukan polielektrolit dapat dilakukan dengan mensintesis polistirena sulfonat dengan kitosan," kata Ketua Tim, Faizah Alivia Putri, Senin (16/10/2023). 

Dia menjelaskan, ide ini muncul karena melihat banyaknya limbah styrofoam yang tidak dimanfaatkan kembali serta banyaknya air kolong yang terbengkalai di Bangka Belitung. 

Apalagi air di eks kolong timah ini mengandung logam berat seperti Fe, Cu, Pb, Zn, As, Cr, dan Sn. Sementara itu, air kolong kerap dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) dan air minum. 

Padahal adanya kandungan logam berat pada air kolong tersebut jika dimanfaatkan sebagai air minum karena kandungan logam berat di beberapa kolong melebihi baku mutu air bersih yang tidak baik untuk kesehatan. 

"Ide modifikasi limbah styrofoam menjadi membran berhasil terealisasikan dengan adanya pendanaan dari Kemdikbudristek melalui program kreativitas mahasiswa," ujarnya 

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, membran polistirena sulfonat kitosan dapat menyerap logam Fe pada air kolong sebesar 39,1 persen dengan konsentrasi logam Fe sebelum diaplikasikan membran yaitu 1,28 mg/L dan setelah diaplikasikan membran menjadi 0,77 mg/L.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa air kolong setelah diaplikasikan membran telah memenuhi baku mutu air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 menyatakan bahwa kadar maksimum besi pada air bersih adalah 1 mg/L.

"Dari hasil ini, tim PKM kami berinisiatif untuk menjadikan membran tersebut sebagai membran reverse osmosis filter yang biasa digunakan untuk pengolahan air di industri," tuturnya.

(Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari) 

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved