Berita Bangka Barat

Kasus DBD di Bangka Barat Awal 2024 Masih Tinggi, Bidan Desa Wajib Absen Berkala PSN

Kasus demam berdarah atau DBD di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini masih tinggi.

Penulis: Ajie Gusti Prabowo | Editor: Kamri
rsud.tulungagung.go.id
Ilustrasi nyamuk penyebab DBD. Kasus demam berdarah atau DBD di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini masih tinggi. 

 POSBELITUNG.CO - Kasus demam berdarah atau DBD di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini masih tinggi.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka Barat mencatat kasus DBD pada awal 2024 ini masi tinggi.

Tercatat mulai Januari hingga Februari 2024 tercatat ada 74 kasus DBD.

Kepala Dinkes Bangka Barat, Muhammad Sapi'i Rangkuti mengatakan awal 2024 ini, belum ada kasus kematian akibat DBD.

Namun, sebanyak 74 orang terjangkit DBD.

"Tahun kemarin, ada 4 orang meninggal akibat DBD, tahun ini belum ada.

Semoga hingga akhir tahun nanti tidak ada kasus kematian akibat DBD," kata Muhammad Sapi'i Rangkuti, Selasa (5/3/2024).

Baca juga: Satu Rumah Satu Jumantik, Upaya Pemkab Bangka Selatan Cegah DBD Jadi KLB

Ia memintai semua elemen dapat menjaga kebersihan, dengan pemberantasan sarang nyamuk.

Rangkuti mengemukakan kasus DBD awal 2024 turun dibandingkan awal 2023, terutama untuk kasus kematian.

"Awal tahun ini 2024, Januari sebanyak 59 kasus dan Februari 15 kasus, kematian nol.

Minggu pertama Maret ini, mencapai 6 kasus.

Bandingkan dengan jumlah kasus DBD pada bulan yang sama 2023, Januari 47 kasus, dan Februari 35 kasus, kematian 1 di bulan Februari.

Tahun lalu mengalami peningkatan, karena masih musim hujan tinggi di Januari," jelasnya.

Penderita DBD rata-rata dialami oleh kalangan usia anak anak.

"Jenis nyamuk ini banyak di dalam rumah karena ia takut dengan matahari.

Lalu kenapa tahun lalu banyak, karena kita belum masif melakukan pencegahan ke lapangan," katanya.

Baca juga: Kasus DBD di Bangka Selatan 2024, Dua Bulan Sudah Tembus 78 Kasus

Pihaknya pun terus menekan angka kasus DBD pada 2024.

Tidak hanya berhenti melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sejumlah wilayah di Bangka Barat.

"Makanya saya selalu menekankan ini harus kita antisipasi dan butuh kerja sama dari semua elemen masyarakat.

Pemberantasan sarang nyamuk harus kita tekankan, wajib satu bulan sekali dan jangan berharap dilakukan fogging," ujarnya.

Ia menjelaskan ada cara efektif yang dilakukan Dinkes Bangka Barat yaitu melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal 1 bulan 1 kali.

"Ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama kita tahun ini yaitu menurunkan angka penderita dan kematian.

Tentu untuk turun, ada strategi yang tak bisa dinegosiasikan.

Contoh PSN wajib digelar minimal itu satu bulan satu kali itu," katanya.

Ia mengatakan sebanyak 84 bidan di desa telah diminta untuk membantu penuntasan kasus DBD ini.

"Mereka kita diabsensi secara berkala siapa yang sudah melakukan dan siapa tidak melakukan.

Karena sifatnya wajib PSN ini.

Kita jaga kebersihan lingkungan yang dijadikan nyamuk sebagai tempat berkembang biak," katanya.

Baca juga: 21 Warga Bangka Tengah Terpapar DBD pada Januari-Februari 2024, Dinkes Sebut Berpotensi KLB

Rangkuti menekankan dalam melakukan PSN, bukan hanya menghilangkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Namun ikut membersihkan barang-barang bekas.

Kemudian juga menghilangkan tempat-tempat penampungan air, memperhatikan pot-pot bunga yang berpotensi menjadi lokasi nyamuk bertelur.

"Kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap mereka yang dicurigai terjangkit DBD. Jadi tidak ada keterlambatan di dalam penanganan penyakit ini, sehingga untuk terjadinya kematian itu bisa diminimalisir," harapnya. (riu)

 

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved