Polisi Belitung Cabuli Anak Panti
Kisah Pilu Gadis di Belitung, Usai Dirudapaksa Pengurus Panti Asuhan Lalu Dicabuli Oknum Polisi
Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Babel Imelda Handayani melaporkan kasus itu ke Polres Belitung
POSBELITUNG.CO - Seksi Propam Polres Belitung memeriksa oknum polisi berinisial A berpangkat Bripda di Polres Belitung, yang diduga terlibat pencabulan anak di bawah umur.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Babel Imelda Handayani melaporkan kasus itu ke Polres Belitung, Rabu (10/7/2024).
Dia dilaporkan mencabuli perempuan di panti asuhan berusia 15 tahun.
A juga diadukan kasus dugaan persetubuhan anak di bawah umur.
"Harapan kami sebagai pelapor tentu saja berharap pihak aparat hukum bisa bertindak tegas terhadap anggotanya yang telah melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak tersebut.
Kami berharap banyak karena memang tugas Polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat," ujarnya kepada posbelitung.co pada Kamis (11/7/2024).
Di tempat terpisah, Kasi Propam Polres Belitung AKP Hardi Kunarso memastikan Bripda A diproses sampai selesai.
"Tetap kami proses sampai selesai. Tapi kalau dari kami memproses kode etik, kalau pidana umumnya tetap di Unit PPA," ungkapnya kepada posbelitung.co, Jumat (12/7/2024).
Oknum tersebut, ujarnya sudah diperiksa hingga tahap audit.
Untuk kelanjutan sanksinya, tetap menunggu proses peradilan umum.
"Dua laporan sudah kami proses, tapi kan prosesnya panjang dan menunggu peradilan umum.
Tetap bersamaan nanti prosesnya," jelas Hardi.
Diberitakan sebelumnya, Bunga korban oknum polisi itu adalah korban kasus dugaan persetubuhan di panti asuhan di Kecamatan Tanjungpandan pada Mei 2024 lalu.
Tak hanya satu, oknum polisi tersebut juga diduga melakukan persetubuhan terhadap korban lain yang masih di bawah umur.
Bunga menjadi korban perbuatan asusila pengurus panti asuhan tampat dia tinggal.
Terungkapnya kabar ini berawal dari beredarnya potongan foto laporan polisi melalui pesan berantai tentang apa yang terjadi pada Bunga.
Posbelitung.co kemudian melakukan penelusuran, dan berhasil memverifikasi kebenaran adanya laporan polisi.
Terkait seorang oknum polisi melakukan perbuatan asusila kepada seorang remaja putri, yang juga korban perbuatan asusila pengurus panti asuhan.
"Iya benar memang ada laporan itu tapi kami belum bisa menyampaikan secara rinci karena masih proses penyidikan," kata Kanit PPA Satreskrim Polres Belitung Aipda Lartha Angle, saat dihubungi posbelitung.co pada Kamis (11/7/2024).
Diduga sebelum melaporkan kejadian di Dinas Sosial Belitung, korban sempat bertemu dengan oknum polisi tersebut.
Kemudian pada saat menceritakan kejadian tersebut, dia justru mendapat perlakuan tidak wajar dari seorang oknum polisi tersebut.
Kejadian terungkap saat korban diperiksa dalam kasus dugaan pencabulan yang terjadi di panti asuhan Desa Air Rayak pada Mei 2024 lalu.
Dari informasi yang diperoleh posbelitung.co, korban adalah remaja putri yang menjadi korban persetubuhan yang terjadi di panti asuhan berinisial N pada Mei 2024 lalu.
Bukan satu korban
Dari laporan yang diterima posbelitung.co, korban dari oknum polisi itu bukan cuma Bunga.
Tetapi ada korban lain yang juga anak di bawah umur berinisial G.
Anak G diduga disetubuhi pelaku.
Sementara itu Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Babel Imelda Handayani turun langsung melaporkan kasus dugaan pencabulan anak di bawah umur yang diduga dilakukan oknum personel Polres Belitung.
Imelda membuat laporan polisi ke Mapolres Belitung usai menerima aduan dari masyarakat pada Rabu (10/7/2024).
Ia berharap pihak kepolisian bisa bertindaktegas karena perbuatan tersebut merupakan tindak kejahatan yang luar biasa melecehkan anak yang baru berusia 15 tahun.
"Harapan kami sebagai pelapor tentu saja berharap pihak aparat hukum bisa bertindak tegas terhadap anggotanya yang telah melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak tersebut.
Kami berharap banyak karena memang tugas Polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat," ujarnya kepada posbelitung.co pada Kamis (11/7/2024).
Ia menjelaskan kasus tersebut terungkap ketika korban sedang berada dalam pengawasan UPT PPA Dinas Sosial Kabupaten Belitung atas kasus dugaan persetubuhan yang menimpanya di panti asuhan Desa Air Raya, Kecamatan Tanjungpandan.
Pada proses tersebut, korban juga bercerita ternyata dirinya juga pernah mendapat tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oknum polisi.
Imelda menambahkan selain laporan korbannya, oknum polisi tersebut juga diduga melakukan persetubuhan terhadap korban lain yang juga masih di bawah umur.
Akan tetapi, perbuatan tersebut langsung dilaporkan orang tua korban sendiri pada hari yang sama.
"Kami mengapresiasi atas dukungan penuh provinsi melalui UPTD dan UPTD Belitung mendampingi kami dengan melibatkan advokat pendamping yang konsen terhadap kasus anak," katanya.
Imelda menambahkan saat ini korban sedang menjalani proses trauma healing yang di tangani oleh psikolog.
Menurutnya beberapa kasus yang sama, ada anak yang bisa cepat pulih dan bisa melanjutkan hidupnya kembali.
Tapi trauma sebagai korban biasanya sulit bisa hilang sepenuhnya.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak takut melaporkan jika mengetahui ada kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak.
"Saat ini pihak kepolisian khususnya Unit PPA dan pemerintah daerah dalam hal ini UPTD PPA selalu merespon cepat terhadap laporan yang masuk," katanya.
Korban pengurus panti
Sebelumnya di bulan Mei 2024, Bunga merupakan korban perbuatan asusila pengurus panti asuhan berinisial BS (53).
Kejadian tersebut diduga sudah terjadi beberapa kali, sehingga korban tidak tahan dan melarikan diri.
"Setelah terdapat alat bukti berupa keterangan saksi, surat dan petunjuk, mengarah kepada pelaku yang merupakan pengurus tempat tersebut.
Lalu, Unit PPA berkoordinasi dengan Unit Opsnal untuk mengamankan pelaku," ungkap Kasat Reskrim Polres Belitung AKP Deki Marizaldi pada Rabu (22/5/2024).
Ia menjelaskan kronologis kejadian berawal saat korban sedang tidur di kamarnya bersama anak-anak lainnya.
Kemudian sekitar pukul 00.01 WIB tengah malam, tersangka meminta korban pindah ke kamar belakang.
Ketika sedang tertidur, korban merasakan wajahnya ditutup secara paksa menggunakan bantal dan pelaku melakukan tindak asusila.
Setelah melakukan aksinya, tersangka diduga mengancam korban tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun dan memberi uang Rp100 ribu.
"Kejadiannya berulang kali mulai tahun 2022 sampai Mei 2024," bebernya.
Atas kejadian tersebut, korban merasa takut dan trauma hingga melarikan diri ke rumah warga.
Kemudian, korban dibawa ke UPT PPA Dinas Sosial untuk melaporkan kejadian tindak asusila itu ke Mapolres Belitung.
Setelah menerima laporan, Unit PPA Satreskrim Polres Belitung melakukan visum terhadap korban di RSUD.
Selain itu juga meminta keterangan para saksi dari kejadian tersebut.
Hasilnya, kata Deki, terdapat luka robekan dan luka lecet di organ intim korban.
Setelah alat bukti dirasa cukup, Unit PPA bersama Unit Opsnal Satreskrim Polres Belitung mengamankan tersangka di rumahnya pada Senin (20/5/2024) sekitar pukul 21.00 WIB.
Atas perbuatannya, tersangka diancam dengan Pasal 81 Ayat (1) UU RI Nomor 17 Tahun 2016 juncto Pasal 76D UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Deki tak menampik kabar yang beredar tentang dugaan masih terdapat korban lainnya di tempat asuhan tersebut
"Ada diduga informasi seperti itu, tapi kami belum sampaikan berapa karena masih kami dalami," kata Deki.
(posbelitung.co/dede suhendar)
Brigadir AK Divonis 13 Tahun Penjara dan Denda Rp100 Juta, Terbukti Bersalah Cabuli Anak Panti |
![]() |
---|
Kejari Belitung Terima Berkas Perkara Brigadir AK, Jaksa Masih Lakukan Penelitian |
![]() |
---|
Seusai Lakukan Asusila ke Anak Panti, Brigadir AK Diduga Lampiaskan Nafsunya ke Korban Lainnya |
![]() |
---|
Kronologi Lengkap Kelakuan Brigadir AK, Oknum Polisi Belitung pada Gadis Panti di Kantor Polsek |
![]() |
---|
Sanksi PTDH Menanti Oknum Polisi Polres Belitung yang Diduga Berbuat Asusila Jika Terbukti Bersalah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.