Pos Belitung Hari Ini
Bincang dengan Titi Anggraini, Pembina Perludem: Pilkada 2024 Digelar dalam Situasi Tidak Ideal
Masyarakat bisa dikatakan belum berkonsentrasi pada proses Pilkada. Sulit melakukan penetrasi politik gagasan.
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Debat publik kedua Pilkada Belitung Timur 2024 di Auditorium Zahari MZ baru saja usai pada Minggu (17/11/2024) malam.
Wartawan Posbelitung.co, Bryan Bimantoro berhasil melakukan wawancara eksklusif kepada salah satu panelis debat kedua Pilkada Belitung Timur 2024, yakni Titi Anggraini, Pembina Perludem yang sebelumnya menjadi Direktur selama 10 tahun di tempat yang sama.
Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana Anda melihat Pilkada 2024 yang pelaksanaannya berdekatan dengan Pilpres dan Pileg?
Pilkada 2024 diselenggarakan dalam situasi tidak ideal. Karena pelaksanaannya dilaksanakan berdekatan dengan Pileg dan Pilpres pada Februari 2024 dan tahapannya baru usai pada Oktober 2024 dengan dilantiknya Presiden dan Wapres. November sudah pilkada.
Masyarakat masih belum sepenuhnya lepas dari euphoria dan kerepotan pada masa pemilu serentak. Parpol juga masih belum sepenuhnya mampu konsolidasi kelembagaan partai usai Pemilu.
Beberapa partai masih mengalami friksi di internal. Konsolidasi di internal partai belum terlalu solid. Di tengah residu kontestasi Pilpres, harus Pilkada. Jadi Pilkada tidak optimal mendapat perhatian dari pemilih dan dipersiapkan oleh parpol. KPU juga beban sangat berat. Pemilu belum evaluasi, langsung diselenggarakan Pilkada.
Apa Dampaknya?
Waktu yang berdekatan itu yang membuat tidak optimal. Karena konsentrasi pemilih dan partai tidak optimal sehingga sulit melahirkan politik gagasan dari ratusan Pilkada Gubernur, Bupati, Wali Kota.
Masyarakat bisa dikatakan belum berkonsentrasi pada proses Pilkada. Sulit melakukan penetrasi politik gagasan. Akhirnya lebih banyak simbol-simbol yang dikedepankan. Pada akhirnya replikasi model kampanye ala Pilpres banyak sekali dilakukan paslon, mulai tampilan hingga gimmick, sehingga identitas dan lokalitas gagasan tertutup oleh simbol-simbol nasional.
Pemilih juga akhirnya kurang antusias, meski tingkat kompetisi ketat dan dinamis memunculkan antusiasme itu sendiri. Seperti Pilgub Jatim 3 calon semuanya perempuan dan antitesis satu sama lain. Karena nasional, jadi berpengaruh dari segi dinamika dan kontestasi. Memenuhi pemberitaan dan ruang-ruang publik di daerah lain. Bahkan di beberapa daerah lokalitas itu tenggelam.
Penyelenggara Pemilu yang terdampak. Belum selesai Pemilu, lanjut Pilkada akhirnya kelelahan tingkat tinggi. Akhirnya tidak maksimal kinerjanya.
Bagaimana dampaknya dengan proses pencalonan paslon itu sendiri?
Tidak optimalnya konsolidasi partai, kontestan akhirnya tidak menjalani prosedur berjenjang, tapi langsung tembak ke tingkat DPP, potong kompas. Sehingga ada putus aspirasi pengurus partai daerah dengan rekomendasi yang diberikan DPP.
Kalau tidak ada putusan MK yang mempermudah proses pencalonan berbasis perolehan suara 6,5-10 persen dampak belum optimalnya konsolidasi partai, saya yakin mengakibatkan lebih banyak calon tunggal.
Pos Belitung Hari Ini
Wawancara Eksklusif
Titi Anggraini
Perludem
Pilkada Belitung Timur 2024
Posbelitung.co
Pilkada
Kakek 60 Tahun di Bangka Selatan Tewas Diterkam Buaya, Daris-Sanusi Rebut Tubuh Akat |
![]() |
---|
Upah Rp20 Ribu per Kilo Dibagi Tiga, Dilema Pekerja Tambang di Babel di Tengah Kabar Satgas Timah |
![]() |
---|
Lima Bocah SD Jadi Tersangka Perundungan Siswa Kelas V SD di Bangka Selatan |
![]() |
---|
Menkeu Purbaya Deg-degan Diminta Presiden Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen |
![]() |
---|
Gaji Anggota DPR Usai Tunjangan Rumah Rp50 Juta Disetop, Kini Cuma Dapat Rp65 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.