Prof Sofian Effendi Eks Rektor UGM Sebut Jokowi Cuma Kuliah 4 Semester, IP di Bawah 2,0

Prof Sofian Effendi adalah mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2002-2007.

Editor: Alza
Kolase Tribunnews.com
IJAZAH JOKOWI - Kolase foto ijazah UGM milik Jokowi dan transkrip nilai Jokowi selama kuliah 5 tahun di UGM. Nilai Jokowi ada C dan D. Prof Sofian menyebut Jokowi cuma kuliah empat semeste, IPK tidak sampai 2,0. 

POSBELITUNG.CO - Prof Sofian Effendi adalah mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2002-2007.

Dia menyatakan Jokowi tak pernah menyelesaikan S1 Fakultas Kehutanan UGM pada 1985.

Namun, tiba-tiba dia mencabut ucapannya dan menyatakan ijazah Jokowi sesuai dengan pernyataan pihak UGM sebelumnya.

Profesor Sofian Effendi merupakan pria kelahiran Jebus, Kabupaten Bangka Barat, 28 Februari 1945.

Dia adalah Rektor UGM pada tahun 2002 - 2007.

Prof Sofian Effendi adalah kebanggaan masyarakat Bangka Belitung, termasuk almarhum Prof Djamaludin Ancok, Guru Besar Psikologi UGM yang juga berasal dari Bangka.

Prof Sofian dilantik oleh Jokowi pada tahun 2014 sebagai Komisioner Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).

Dia sulung dari 11 bersaudara, putra seorang pensiunan pegawai negeri.

Sofian Effendi menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri di Jebus pada tahun 1957.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di SMAN 1 Kota Pangkalpinang.

Sejak kecil Prof Sofian Effendi adalah seorang kutu buku.

Kegemarannya bermula dari membaca koran dan majalah yang dilanggani ayahnya, Harian Keng Po dan Sin Po, serta Majalah Waktu.

Ketika duduk di SMP, ia sudah melahap karya sastrawan Indonesia sampai Rusia hingga buku karangan Karl Marx.

Di bangku SMA ia sempat ketagihan cerita silat.

Kegemarannya ini ternyata banyak membantunya semenjak mahasiswa hingga sekarang.   

Setelah menempuh pendidikan menengah atas, Prof Sofian Effendi kemudian merantau ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada.

Pada tahun 1969, Prof Sofian Effendi menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada. 

Lulus di Universitas Gadjah Mada, Prof Sofian Effendi memulai kariernya sebagai akademisi/dosen Fisipol UGM pada tahun 1970.

Dua tahun mengabdi pada almamaternya, pria bertubuh tinggi besar itu memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di University of Pittsburgh, USA.

Tahun 1975, dia memperoleh geiar M.PIA untuk konsentrasi Pembangunan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Development) dan pada tahun 1978 berhasil memperoleh gelar PhD untuk konsentrasi Public Affairs.

Distertasi yang dipertahankannya waktu itu berjudul Acceptance of Modern Contraceptives: A Field Study in Rural Yogyakarta.

Disertasinya pula yang menjadi mula keterlibatannya dalam masalah kependudukan.

Seiring berjalan waktu, spesialisasi yang ditekuni Prof Sofian Effendi adalah analisis kebijakan publik; serta pengawasan dan evaluasi kebijakan publik.

Profesor Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada ini memiliki catatan karier dan pengalaman yang panjang dalam mengajar, menjadi top manajemen dalam universitasnya dan menduduki posisi senior dalam birokrasi Indonesia.

Adapun perjalanan kariernya adalah sebagai berikut, dikutip dari Kemendikdasmen:

1969-1998 Asisten Profesor Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada

1978-1983 sekretaris Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada

1981-1986 Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

1983–1994 Kepala Pusat penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada

1991-1994 Pembantu Rektor untuk Kerjasama Internasional Universitas Gadjah Mada

1992-2002 pendiri dan pengelola Magister Administrasi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada

1994-1995 Pembantu Rektor untuk Perencanaan dan Pembangunan Universitas Gadjah Mada

1995–1998 Starf Ahli Menteri Riset dan Teknologi, Departemen Riset dan Teknologi Republik Indonesia

1995-1998 Sekretaris Lembaga Ilmu Pengetahuan Republik Indonesia

1998 Staf Ahli Wakil Presiden Republik Indonesia

1998-1999 Sekretaris Badan Koordinasi dan Pengawasan Kebijakan Republik Indonesia

1999-2000 Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia

1998-Professor kebijakan Publik Universitas GadjahMada

2002-2007 Rektor Universitas Gadjah Mada

Soal Ijazah Jokowi

Prof Sofian Effendi, mantan Rektor UGM yang menyatakan Jokowi tak punya ijazah sarjana.

Sofian Effendi mengungkap fakta baru mengenai perkuliahan Jokowi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Profesor Sofian Effendi bercerita Jokowi memang benar mulai kuliah di UGM pada tahun 1980.

Saat itu ia bersama saudaranya, Hari Mulyono.

Selama dua tahun menjalani perkuliahan, menurutnya Hari menunjukan penampilan, terbukti pada nilai-nilai akademisnya.

"Jokowi menurut informasi para profesor itu dan mantan dekan, pada tahun 1982 tidak lulus di dalam penilaian.

4 semester dinilai 30 mata kuliah dia index prestasinya (IPK) tidak tercapai," kata Sofian di Youtube Balige Academy.

Hal tersebut menurutnya sejalan dengan guyonan Jokowi ke Mahfud MD yang menyebut bahwa IPK dirinya tak sampai 2 tapi bisa lulus dari UGM.

"IPK di bawah 2. Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan, dia kan hanya IPK-nya gak sampai 2 kan karena itu dia kalau sistemnya benar, karena waktu itu masih ada sarjana muda dan doktoral jadi dia tidak lulus, DO istilahnya, hanya boleh sampai BSc," katanya.

Bahkan menurutnya tugas akhir skripsi Jokowi juga tidak diuji oleh pembimbingnya, Achmad Soemitro.

"Pada waktu dia mengajukan tesis, mau diuji, tapi pas dia mau ke Aceh, jadi gak jadi ujian itu karena mungkin Profesor Achmad Soemitro melihat kan bahwa anak ini punya BSc kok mau mengajukan skripsi.

Karena memang tidak membimbing orang yang bukan MKDU, jadi dia belum memenuhi persyaratan untuk mengajukan skripsi," katanya.

Profesor Sofian Effendi mengatakan skripsi yang ditulis Jokowi merupakan hasil mencontek.

"Itu yang Pak Kasmudjo gak mau ngomong saat itu, skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya Sunardi.

Salah satu dekan. Kan baru pulang dari Kanada terus dia bikin makalah mengenai perkembangan industri kayu, dan itu yang dipakai," katanya.

Menurutnya skripsi tersebut juga tidak pernah diuji.

"Saya tanya ke petugasnya, kok ini kosong, iya pak karena memang nggak diuji dan nggak ada nilainya.

Makanya gak ada tanggal kan, gak ada nilai. Jadi kalau dia mengatakan saya punya ijazah asli, ya kalau BSc benar lah, tapi kalau ijazah skripsi gak punya dia," katanya.

(Bangkapos.com/Tribunnews.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved