Pos Belitung Hari Ini
LIPSUS - Menata Kota Jauh Lebih Sulit, Pemkot Pangkalpinang Berharap RTRW Baru Segera Disahkan
Sebagai sebuah kota, Pangkalpinang akan menginjak usia 268 tahun pada 17 September 2025 mendatang.
Ia menambahkan, penyusunan program pembangunan selalu didasarkan pada isu-isu strategis yang muncul dari masyarakat maupun hasil kajian teknis.
Namun, Yan menekankan, setiap program tidak bisa serta merta dieksekusi begitu saja.
“Kami harus melakukan kajian mendalam dari sisi lingkungan, sosial, maupun aspek lainnya. Tujuannya agar solusi yang ditawarkan benar-benar menyelesaikan masalah, bukan malah menimbulkan masalah
baru,” jelasnya.
Yan menegaskan bahwa Pangkalpinang harus dipandang lebih luas, bukan hanya sebagai sebuah kota, melainkan sebagai ibu kota provinsi.
Artinya, pembangunan tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus berkolaborasi dengan pemerintah provinsi, DPRD, hingga kementerian terkait.
“Karena ini bukan hanya bicara daerah, tetapi juga terhubung dengan tata ruang provinsi. Jadi penataan kota Pangkalpinang harus selaras dengan skala yang lebih besar,” kata Yan.
UMKM Jadi Fokus
Salah satu sektor yang menjadi sorotan Bapperida adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurut Yan, UMKM terbukti sebagai sektor paling tangguh dalam menopang perekonomian Kota Pangkalpinang.
Sektor ini dinilainya jauh lebih stabil dan berdaya tahan dibanding sektor pertambangan yang bersifat ekstraktif dan cepat habis.
“UMKM itu sektor yang paling kuat, paling lancar perputaran ekonominya di Pangkalpinang. Kami tidak akan mematikan UMKM, justru ingin menghidupkan dan menata supaya lebih baik. Kalau sekarang masih ada yang berjualan di trotoar, sebisanya nanti digeser agar tidak mengganggu jalan atau ketertiban umum. Inilah pentingnya tata ruang kota yang baik, supaya masyarakat bisa tetap berusaha tanpa merasa dirugikan,” tegas Yan.
Tidak Bisa Sekaligus
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Bapperida Kota Pangkalpinang, Aprizal, menyoroti permasalahan banjir yang hingga kini masih menjadi keluhan utama masyarakat.
Menurutnya, banjir termasuk persoalan kompleks yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
“Banjir tidak bisa selesai sekaligus. Ada target tertentu, kami mulai dari kawasan-kawasan prioritas terlebih dahulu. Penyelesaiannya memang butuh dana besar dan waktu panjang. Selain faktor teknis seperti gorong-gorong atau saluran air, banjir juga erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Jadi kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan lingkungan sekitar, hingga
memilah sampah harus terus ditumbuhkan,” jelas Aprizal.
Ia menambahkan, Bapperida berupaya melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.
Melalui sosialisasi, warga bisa mengetahui prioritas pembangunan serta ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dan menata kota. (x1)
Liputan Khusus
eksklusif
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kota Pangkalpinang
Prof Bustami Rahman
Yan Rizana
Mak-mak Mengeluh Harga Beras Mahal, Beras Premium dan Medium Tembus HET |
![]() |
---|
Tim SAR Gabungan Hentikan Pencarian, Nasib 6 ABK KM Osela Masih Misteri |
![]() |
---|
LIPSUS: Detail Tata Ruang Ibu Kota Terlupakan, Pangkalpinang Punya PR Besar Pembangunan |
![]() |
---|
Citilink Wacanakan Rute Jakarta–Belitung–Singapura |
![]() |
---|
Bandar Narkoba Janjikan Rp40 Juta, Dalangi Penyiraman Air Keras IRT dan Pembakaran Rumah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.