Tarmin mengatakan, kemacetan produksi MinyaKita ini tidak hanya dirasakan oleh Bangka Belitung saja, tapi juga dirasakan di beberapa daerah lainnya.
"Sudah kita koordinasikan dengan pihak produsen memang masih ada kemacetan produk Minyakita ini dan kita sedang mengupayakan agar produsen bisa mengembangkan MinyaKita ini bisa langsung masuk Bangka dan Belitung," jelasnya.
Dengan demikian, diharapkan MinyaKita dengan harga murah tersebut dapat terus tersalurkan kepada masyarakat.
"Karena harga MinyaKita yang murah jadi memang menjadi idola di pasaran, makanya saat ini kita sedang mengupayakan agar ini bisa tersalurkan kepada masyarakat," sebut Tarmin.
Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik, sebab masih banyak jenis minyak yang tersedia di pasaran, hanya MinyaKita yang diluncurkan Kementerian Perdagangan saja yang mengalami kemacetan.
Menghilangnya minyak goreng bersubsidi di pasaran membuat sejumlah konsumen mencari keberadaan minyak tersebut.
Diakui Eko, pedagang gorengan di Jalan Depati Hamzah Kota Pangkalpinang, sudah sejak dua minggu terakhir ini ia tak menemukan minyak goreng jenis MinyaKita tersebut.
Kata Eko, biasanya dia menggunakan MinyaKita dan dicampur dengan minyak jenis Fortune.
"Biasanya kita campur, kalau MinyaKita saja kurang bagus hasil gorengannya, tapi kalau digabung dia jadi menyatu lumayan kalau untuk jualan harganya lebih murah jadi terbantu," kata Eko.
Eko menyebut, ia terpaksa membeli minyak goreng kemasan jenis lain yang memang lebih tinggi harganya sehingga membuat keuntungannya berkurang.
"Kalau keuntungan mungkin berkurang tapi kalau dibilang untung masih untunglah," bebernya.
Geri, pedagang kue di Jalan KH Abdurrahman Siddik Pangkalpinang mengaku ia tak begitu sering menggunakan MinyaKita.
Namun, menghilangnya MinyaKita cukup dirasakannya untuk dicampur dengan minyak jenis lain.
"Kalau sering pakai tidak juga, cuma kalau dirasakan menghilang ada juga, apalagi karena harganya yang murah jadi cukup untuk membantu pedagang," jelasnya. (*/Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari/t2)