Program MBG di Bangka Belitung
Cerita Hangat Program MBG di SMP Muhammadiyah Pangkalpinang, Uang Jajan Rp15 Ribu Bisa Ditabung
Fahmi, siswa kelas VII, terlihat gembira saat berbagi cerita. Dengan nada malu-malu, ia mengaku puas dengan menu yang disajikan.
Selain itu, sekolah juga menanamkan nilai kedisiplinan.
“Kalau di sini kita sistemnya ada antre untuk makan. Kita budayakan antre dulu, nanti baru masuk ke ruangan. Kemudian duduk dengan rapi, setelah semuanya tanpa suara atau senyap, baru kita mulai berdoa. Setelah makan, kita berdoa kembali, kemudian kita antre kembali untuk mengembalikan makanan di tempat awal,” jelasnya.
Sopian menambahkan, hingga kini tidak ada siswa yang memiliki alergi terhadap makanan.
“Kalau alergi, kita tanyakan ke anak, ternyata tidak ada yang menyampaikan kalau mereka alergi. Cuma ada 1-2 orang anak memang makanannya itu-itu saja. Misalnya mereka hanya suka dengan ayam goreng, jadi harus bawa ayam goreng dari rumah dan tidak mau menggunakan lauk lain. Itu saja kalau untuk anak-anak,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, sebagian siswa justru ingin menambah porsi.
“Sehabis makan, selainnya kalau bisa nambah, mereka,” ungkapnya sambil tersenyum.
Saat ini, jumlah penerima manfaat program MBG di sekolah mencapai sekitar 120 siswa. Namun, pada hari-hari tertentu seperti Senin dan Kamis, sekitar 20 siswa dari panti asuhan yang berpuasa tetap mendapat perhatian.
“Alhamdulillah mereka artinya walaupun tidak makan di sini, mereka dapat untuk buka puasa diberikan paket makanan ringan seperti roti dan yang lainnya,” tambahnya.
Menu Ayam Berbau Tak Sedap
Kabar terkait adanya menu MBG untuk anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Pangkalpinang yang sempat diterima dalam kondisi tidak layak konsumsi, akhirnya mendapat konfirmasi dari pihak sekolah penerima.
Kepala TK Pertiwi, Warsih, membenarkan bahwa pihaknya menerima 170 paket MBG pada Senin (22/9/2025) siang. Dari jumlah tersebut, ditemukan salah satu lauk atau menu berupa ayam yang mengeluarkan bau tidak sedap.
“Memang benar ada sebagian ayam yang berbau, tapi tidak semua menu. Begitu kami tahu, langsung saya instruksikan agar anak-anak tidak memakannya. Sedangkan susu, nasi, tahu, dan lauk lainnya masih bisa dikonsumsi,” kata Warsih saat dikonfirmasi pada Senin (22/9/2025) malam.
Warsih menegaskan, tidak ada anak-anak yang sampai mengonsumsi ayam tersebut. Paket yang berbau pun tidak dikembalikan, karena sebagian sudah teracak atau disentuh anak-anak.
“Yang kami kembalikan hanya paket yang memang sudah dibuka dan tidak habis. Untuk ayam yang berbau langsung kami pisahkan, anak-anak tidak makan,” jelasnya.
Ia juga menilai, insiden ini kemungkinan terjadi karena makanan terlalu lama berada di dalam wadah tertutup. Saat penutup dibuka, muncul bau tak sedap dari lauk ayam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.