Israel Serang Qatar
Trump Geram Qatar Diserang Israel, Netanyahu Tutup Kuping, Apakah Hubungan As-Tel Viv Retak?
Trump mengaku telah berusaha memberi peringatan kepada Doha melalui utusannya, tapi terlambat.
Akibatnya, sejumlah bangunan apartemen mengalami kerusakan parah dan kaca-kaca jendela pecah.
Beberapa rumah di sekitar lokasi ikut terdampak gelombang ledakan.
Kementerian Dalam Negeri Qatar mencatat sedikitnya enam orang tewas.
Mereka terdiri dari seorang pejabat keamanan Qatar dan lima anggota Hamas.
Termasuk putra dari pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, dan salah satu ajudannya, serta seorang perwira Qatar.
Lebih dari 20 warga sipil dilaporkan luka-luka akibat terkena serpihan bangunan dan ledakan.
Serangan ke Doha mungkin tidak langsung menyentuh fasilitas energi, tetapi efek psikologisnya sudah terasa di pasar.
Pasokan LNG Qatar yang mengalir ke Eropa pasca embargo Rusia dan ke Asia yang haus energi membuat stabilitas negara ini krusial.
Gangguan kecil saja di Doha bisa menimbulkan spekulasi besar di bursa energi dunia.
Sementara itu, Israel terkesan menolak tunduk pada teguran Presiden AS Donald Trump terkait serangan militer Israel ke ibu kota Qatar yang menewaskan enam orang itu.
Alih-alih mundur, Israel justru menegaskan bahwa kebijakan militernya tidak ditentukan oleh kepentingan Washington.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon mengatakan Tel Aviv tetap berdaulat penuh dalam mengambil keputusan, meskipun mengakui adanya koordinasi erat dengan Amerika.
“Kami tidak selalu bertindak demi kepentingan Amerika Serikat.
Kami terkoordinasi, mereka memberi dukungan yang luar biasa, kami menghargai itu.
Tapi terkadang kami membuat keputusan sendiri, lalu memberitahu Amerika,” kata Danon dikutip dari Straits Times.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.