Gara-gara Guru Banting Nasi Kotak, Terbongkar Pungli Ratusan Juta di SDN 021 Kampar Riau

Buntut dari peristiwa itu, terbongkar pungutan liar (pungli) yang mencapai ratusan juta rupiah.

Editor: Alza
KOMPAS.COM/Dok. warga
GURU BANTING NASI KOTAK - Tangkapan layar video viral guru banting nasi kotak di SD Negeri 021 Tarai Bangun, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (11/11/2025). Gegara insiden ini, terbongkar pungutan liar (pungli) ratusan juta rupiah di sekolah tersebut.  

“Kepala sekolah yang mengadu ke kami diintimidasi. Mau tidak mau, dengan berat hati saya sampaikan bahwa kepala sekolah dicopot dari jabatannya,” ujar Siti, Rabu (12/11/2025).           

Tidak hanya kepala sekolah, dua guru honorer juga diberhentikan, yakni Yon Hendri, guru yang viral karena membanting nasi kotak, dan Reza Arya Putra, guru honorer lain yang turut terseret persoalan di sekolah.

“Kami mendapat banyak keluhan dari wali murid terhadap kedua tenaga pendidik tersebut,” ujar Siti. 

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemendikdasmen, jumlah siswa SDN 021 Tarai Bangu sebanyak 995 orang dengan rincian 505 laki-laki dan 490 perempuan. 

Pada 2025, penerima PIP di sekolah itu tercatat 226 siswa dengan total anggaran Rp 75.825.000. 

Jumlah itu turun dari 2024, yakni 267 siswa dengan anggaran Rp 117.900.000. 

Kasus dugaan pungutan liar dan pemotongan dana PIP ini juga mendapat perhatian Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Riau.

Kepala Ombudsman Riau, Bambang Pratama, menyatakan pihaknya akan melakukan penelusuran menyeluruh. 

“Mengenai dugaan pemotongan PIP itu, Ombudsman akan turun,” katanya, Kamis (13/11/2025).                                                                                          

Ombudsman juga akan memeriksa seluruh bentuk pungutan di sekolah.

“Masalah pemotongan dan pungutan berkaitan dengan pelayanan dasar di bidang pendidikan. Hal seperti ini harus tuntas dan tidak boleh dibiarkan,” tegasnya. 

Bambang mengatakan, Ombudsman akan berkoordinasi dengan Pemkab Kampar, mulai dari Bupati, Inspektorat, hingga Disdikpora. 

Jika ditemukan unsur pidana, kasus itu harus dibawa ke ranah hukum.

“Kalau ada unsur pidananya, serahkan ke penegak hukum,” ujarnya. 

Artikel ini telah tayang Tribunpekanbaru.com

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved