Sebutan Gunung Anak Krakatau Saat Ini Dinilai Tidak Tepat, Begini Sejarahnya
Gunung Anak Krakatau dikenal dunia sejak letusan terbesarnya pada 1883.
Tingginya mencapai 70-80 kilometer.
Itu mengakibatkan gangguan cuaca dunia beberapa tahun kemudian.
Sinar matahari tidak mampu menembus abu gunung api yang terlontar ketika itu, sehingga bagian selatan Pulau Sumatera dan Jawa menjadi gelap gulita.
Endapannya menutup daerah seluas 827.000 kilometer persegi.
Letusan-letusan lumpur terjadi September dan Oktober 1833 sampai Februari 1884.
Kemudian tiba masa tenang selama 44 tahun, hingga munculnya Anak Krakatau baru pada Agustus 1930.
Gunung Anak Krakatau inilah yang dikenal hingga sekarang..
Sejarah Gunung Anak Krakatau
Kepala Sub Dit Pengamatan Gunung Api Direktorat Vulkanologi Ir. Liek Pardyanto mengatakan sebutan Gunung Anak Krakatau yang sekarang dipakai orang sebenarnya tidak tepat.
Hal itu karena gunung itu adalah generasi ketiga dari Gunung Krakatau Purba yang pernah meletus sebelum 1.600.
Menurut catatan sejarah yang ada, kerucut Gunung Krakatau Purba pada mulanya muncul dan terlihat di atas permukaan air sekitar 2.000 meter di Laut Sunda.
Kerucut gunung itu pada saat itu diperkirakan terdiri atas endesit tridimit, basalt, dan abu gunung api yang berwarna hitam.
Ada kawah aktifnya dan suatu saat bisa meletus dengan dahsyat.
Diperkirakan sebelum abad ke-18, pada waktu itu letusannya sampai menimbulkan kaldera.
Sisa letusannya ketika itu 3 pulau kecil di batas kaldera, yaitu Pulau Krakatau (Rakata), Pulau Sertung, dan Pulau Panjang.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/gunung-anak-krakatau1.jpg)