Sejoli Kompak Tunggu Hujan, Intai Warga Nyenyak Tidur, Congkel Jendela Mencuri Buat Biaya Nikah
Saat ditangkap polisi dua sejoli mengakui perbuatannya telah mencuri untuk mencari biaya buat menikah
Namun, tersangka HN mengambil talenan, lalu dipukulkan ke bagian kepala korban.
Korban terus berusaha meronta dan berusaha menghindar saat akan diikat kembali.
HN selanjutnya memanggil satpam untuk memborgol tersangka.
Namun, diduga pada saat itu korban sudah meninggal dunia.
Hal itu diperkuat oleh keterangan SA yang mencoba mengecek nadi pada leher korban yang didapati sudah tidak berdenyut lagi.
"Khusus pelaku di bawah umur didampingi Bapas/Litmas Kelas IA Medan. Disaksikan pihak Kejaksaan Negeri Simalungun, keluarga korban, keluarga tersangka, pengacara tersangka, dan dikawal ketat dari personel Satreskrim Polres Simalungun," kata Aribowo.
Jadi pembelajaran kasus Usai rekonstruksi, Kapolres Simalungun AKBP Agus Waluyu menyampaikan bahwa kasus ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat.
“Ketika mendapati seorang melakukan tindak pidana sebagaimana contoh pelaku pencurian, kita semua tidak berhak untuk mengadili maupun menghakimi pelaku yang diduga melakukan pencurian dengan melakukan penganiayaan hingga meninggal dunia," kata Agus.
Ia menjelaskan, setiap warga negara secara hukum berhak mendapat perlakuan yang sama, dan semua warga memiliki hak hidup yang dilindungi undang-undang.
"Jadi saya imbau, jika masyarakat mendapati atau menemukan terduga pelaku pencurian, maka serahkanlah kepada pihak kepolisian terdekat,” ucap Agus.
Pelaku Gangguan Jiwa
Sosok Youvanry Aldyryansyah Purba (21) telah pergi untuk selamanya.
Ibunya, Sumarni mengenang anaknya yang tewas saat tragedi penganiayaan oleh pemilik rumah dan 3 oknum satpam.
Sumarni mengenang, almarhum anaknya mengalami gangguan kejiwaan sejak 3 tahun belakangan ini.
Namun karena keterbatasan biaya ia tidak dibawa berobat secara intensif atau tidak direhabilitasi.
Terakhir ia hanya dibawa konseling ke klinik dan menerima obat resep dokter.
Setelah mengonsumsi obat, menurut Sumarni, belakangan kondisi Youvanry sedikit mulai membaik.
Namun tak jarang ia menolak mengonsumsi obat apalagi saat alami sakit ringan seperti demam.
"Seperti orang gila gitu, ya sudah mengalami seperti itulah dia. Namun sudah setahun belakangan ini dia sudah sedikit berubah. Cuma dia tidak pernah mau keluar rumah lagi. Disuruh pangkas nggak mau. Nanti kalau mandi, mau sampai berminggu-minggu. Kurang mau lah dia untuk bicara," kata Sumarni ditemui di kediamannya, Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Jumat (08/01/2021).
Kepribadian Youvanry sejak mengalami depresi membuat keluarga terpukul.
Perubahan drastis dialami Yovanry, mulai menolak bicara dan enggan bersosialisasi dengan orang-orang sekitar.
Suatu kali, kata Sumarni, Yuovanry pernah pergi dari rumah lalu berjalan kaki ke Kota Siantar dengan membawa tas ransel berisi buku bekas dan foto keluarganya.
“Pernah keluar rumah jam sembilan malam jalan kaki ke Siantar bawa tas ransel. Isi tasnya buku-buku bekas, atlas, buku yasin kecil, foto-foto Bu Leknya,” kata Sumarni.
Selama mengalami depresi, Youvanry sehari-hari mendengarkan musik di kamar tidurnya dengan volume maksimal.
Menurut Sumarni, setelah mendengarkan musik dengan suara kencang, Youvanry terlihat tenang.
Meski demikian, kata Sang Ibu, ada yang sangat disukai Youvanry semasa hidupnya, yaitu sepeda motor Honda Cup 70.
Sepeda motor tua miliknya itu terkadang hanya dibawa keliling seputar halaman rumah.
“Setiap hari mengendarai sepeda motor bututnya hanya keliling depan rumah. Ya, nanti kalau keluar dari pintu hidupkan kereta (sepeda motor) hanya depan rumah ini saja, sekali sampai dua kali keliling depan rumah, ya udah berhenti dan masuk rumah lagi," jelasnya.
Masih, kata Sumarni, semasa hidup, anaknya tidak pernah mengganggu orang lain meskipun dalam keadaan depresi dan gangguan jiwa.
Sebab Youvanry menolak berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Ia mengaku sebelum insiden malam itu terjadi ia tidak memiliki firasat apapun.
Terakhir Youvanry keluar rumah tanpa pamit. Ia pun tidak menyangka peristiwa itu menjadi akhir pertemuan Youvanry dengan putranya.
”Saya minta keadilan lah, Pak, buat anak saya,” kata Sumarni.
Sebelumnya, Youvanry tewas dianiaya oleh pemilik rumah HN (41) bersama kedua orang anaknya IM (15), MAR (16) dan 3 orang petugas security, HSD (37), HS (36), dan SA (21), setelah kepergok mencuri di komplek Cendana PT. Bridgestone, Nagori Dolok Merangir I, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Minggu (27/12/2020) dini hari sekira pukul 01.30 Wib.
Polres Simalungun menetapkan 6 orang tersangka kasus penganiayaan tersebut dan sudah dilakukan penahanan.
Sementara 2 tersangka lainnya tidak ditahan karena berstatus di bawah umur.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pencuri yang Tewas Dipukul Talenan Pemilik Rumah dan Satpam Alami Gangguan Jiwa", dan "Detik-detik Pencuri Tewas Setelah Diikat hingga Dipukul Pakai Talenan",